Kamis, 04 September 2014

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum, mohon penjelasannya bagaimana menentukan sikap kita untuk memilih antara birrul walidain dan menuntut ilmu syar’i. Mana yang harus didahulukan? 

Sudah dimaklumi, seorang anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Namun sangat disayangkan, kewajiban ini banyak Dilalaikan oleh orang bahkan oleh banyak kaum muslimin.
 
Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Cukuplah dalam Al-Qur’an , Allah subhanahu wata'ala memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid. Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskannya sebagai Amal Yang Paling Utama, seperti disampaikan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud radiallahu anhu, beliau berkata,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.” [Muttafaqun Alaihi]

Demikian juga menuntut ilmu syar’i adalah kewajiban penting bagi seorang muslim, sebab dengan ilmu syar’i ini seorang mengerti siapa Rabb sesembahannya dan bagaimana beribadah kepada Allah serta bagaimana bermuamalat dengan orang lain.
 
Namun para ulama menjelaskan hokum menuntut ilmu berbeda-beda sesuai dengan subyek pelaku, obyek yang dicari dan keadaannya. Terkadang menuntut ilmu fardhu ‘ain (wajib atas setiap muslim) dan kadang hanya fardhu kifayah (diwajibkan tidak kepada setiap muslim, namun kepada sejumlah orang yang mampu mewujudkannya sehingga yang lainnya gugur kewajibannya). Ada juga yang hanya dihukumi sebagai amalan sunnah. 

Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah ada pertentangan antara kewajiban menuntut ilmu dengan kewajiban berbakti kepada orang tua, sebab menuntut ilmu seharusnya dapat menjadikan kita semakin mampu dan pas dalam berbakti kepada kedua orang tua kita.

Namun terkadang ada satu keadaan tertentu yang terkesankan adanya pertentangan sehingga bila menuntu ilmu maka harus meninggalkan berbakti pada kedua orang tua. Apabila terjadi yang demikian maka wajib bagi kita untuk mengkompromikannya sedapat mungkin, sehingga mampu berbakti kepada kedua orang tua dengan mengorbankan sedikit waktu menuntut ilmu yang mungkin hukumnya hanya fardhu kifayah atau amalan sunnah saja. Atau bisa juga dengan melihat bentuk bakti yang diinginkan dan dibutuhkan, apakah mungkin dilakukan dalam waktu yang tidak menyita, sehingga bisa juga menuntut ilmu secara optimal. Apabila tidak bisa dikompromikan maka tentunya melakukan langkah mentarjih atau memilih yang paling kuat dari keduanya dengan meninjau kepada hokum kedua amalan sholih ini mana yang lebih kuat.

Cara seperti ini dapat dilakukan dalam banyak permasalahan yang tampak adanya pertentangan antara dua amalan shalih, bahkan sebagian masalah berupa pilihan dua amalan shalih yah bila satu diamalkan maka yang lain tidak bisa diamalkan. Permasalahan ini diungkapkan dalam referensi islam dengan istilah “Tafadhul al-A’mal”.

Diantara metode yang harus diperhatikan dalam menyikapi permasalah seperti ini adalah melihat kepada hokum pada dua pilihan tersebut. Apabila keadaan orang tua benar-benar sangat membutuhkan perhatian dan perawatan dari sang anak sehingga sang anak tidak bisa bersekolah agama dipesantren atau mengikuti majlis taklim yang ada, maka berbakti pada orang tua disini lebih didahulukan daripada menghadiri majlis taklim tersebut, sebab berbakti hukumnya wajib sedangkan berangkat ke majlis ta’lim masih dibawah kewajiban mengurus orang tua tersebut.

Apalagi masih ada sarana lainnya untuk belajar tanpa harus menghadiri majlis ta’lim seperti dengan bertanya kepada para stadz tentang masalah agama via alat komunikasi hp atau telpon atau surat. Sehingga ilmu yang wajib diketahuinya dari majlis ta’lim tersebut dapat didapatkan melalui sarana lain tanpa meninggalkan bakti kepada kedua orang tua tersebut.

Apalagi dizaman ini sangat banyak sarana dan fasilitas belajar, baik di alam nyata maupun dialam maya. Lihat saja buku-buku dan majalah sebagai salah satu sarana belajar sangat mudah didapatkan dengan biaya yang relative tidak mahal. Demikian juga kaset dan cd rekaman kajian para ulama, ustadz dan dai sudah dengan begitu mudah didapatkan ditambah dengan kemudahan memiliki computer dan sejenisnya yang sangat membantu kita semua untuk belajar.

Kesimpulannya, Jangan batasi sarana belajar hanya dengan sekolah ditempat-tempat khusus, namun berusaha untuk memanfaatkan sarana yang ada untuk kemudahan belajar dengan tanpa mengorbankan bakti kita kepada kedua orang tua kita. Ingat keutamaan berbakti yang sangat besar pahalanya dan bisa dijadikan oleh kita sebagai wasilah memohon kepada Allah agar dimudahkan untuk belajar dan memahami ajaran Rasulullah n . jangan remehkan pengaruh berbakti pada orang tua ini, sebab bisa jadi Allah jadikan berbakti kepada orang tua tersebut sebagai amal shalih yang menyelamatkan kita dari siksaNya dan menjadikannya sebagai sebab kesuksesan kita didunia dan akherat nanti.

Semua ini jangan dijadikan penghalang untuk berbuat baik dan belajar. Mari kita semua semakain dan senantiasa dekat kepada Allah dengan terus memohon kepadanya kemudahan dalam memahami ajaran Rasulullah n yang menuntun kita kepada syurga Allah dan keridhaan-Nya. Semoga bermanfaat. (Ust kholid S, Lc)

sumber : majalah elfata

0 komentar :

Posting Komentar