Senin, 16 Februari 2015

Apa benar, menyiram air panas bisa melukai jin? Dan jin bisa membalasnnya dengan mengganggu org yg menyiram?
Lalu bagaimana caranya agar trhindar dari gangguan mereka? Trims.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Banyak ulama menegaskan bahwa membuang air panas bisa mengganggu jin. Sekalipun tidak ada dalil tegas yang menunjukkan hal itu, namun ini semua terbukti secara realita.
Syaikhul Islam menuliskan,
yang merasuk ke tubuh manusia, bisa terjadi karena tiga sebab:
Pertama, karena jin ini menyukai orang yang dia rasuki. Jin merasukinya, agar dia bisa merasa tenang dengannya. Kerasukan semacam ini paling ringan dan palling mudah dari pada yang lain.
Kedua, karena manusia mengganggu jin, misalnya dengan mengencingi jin atau menyiram air panas ke jin. Atau membunuh salah satu jin, atau bentuk gangguan lainnya. Ini jenis kerasukan paling berat, dan bahkan seringkali bisa menyebabkan terbunuhnya orang yang kerasukan.
Ketiga, kerasukan karena sebab jin main-main. Layaknya anak-anak nakal yang suka ganggu orang lewat.
(Majmu’ Fatawa, 13/82)
Beliau juga mengatakan,
Dan terkadang – dan ini sering terjadi – pada sebagian orang – bahwa ada orang yang mengganggu jin atau jin merasa manusia ini sengaja mengganggu mereka, dengan mengencingi jin atau menyiram air panas, atau membunuh mereka. Meskipun manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Sementara jin juga ada yang dzalim dan bodoh masalah aturan.. sehingga mereka membalas kesalahan yang dilakukan orang itu lebih kejam lagi. (Majmu’ Fatawa, 19/40).
Untuk itulah, hendaknya setiap muslim berhati-hati ketika membuang air panas.
Beberapa Adab yang Perlu Diperhatikan
Pertama, aktifkan dzikir pagi petang. Karena dzikir pagi petang ibarat baju besi bagi manusia, yang menjadi sebab Allah melindungi orang yang rutin membacanya dari gangguan makhluk yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Kedua, hindari membuang air di tempat yang umumnya dihuni jin.
Sebagian ulama menyarankan agar tidak dibuang di kamar mandi. Karena kamar mandi termasuk tempat favorit jin dalam rumah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
Dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
Hendaknya setiap muslim hati-hati ketika membuang air panas di kamar mandi atau tempat lain, agar tidak mengenai jin, sementara dia tidak tahu. Semacam ini berdasarkan realita di lapangan, meskipun kami tidak mengetahui ada riwayat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. (Fatwa Islam no. 226625).
Termasuk yang perlu dihindari adalah membuang air panas di lubang-lubang tanah.
Dari Qatadah, dari Abullah bin Sirjis, beliau mengatakan,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْجُحْرِ
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing di lubang.
Qatadah ditanya, ‘Mengapa kencing di lubang dilarang?’
Jawab beliau:
إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ
“Lubang itu tempat persembunyian jin.” (HR. Ahmad 19847, Nasai 34, Abu Daud 29, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Ketiga, jika diperlukan, baca basmalah sebelum membuang air panas
Misalnya, ketika kondisi kita berada di tempat asing, atau kita merasa sangat khawatir dengan satu tempat tertentu, kita bisa membaca basamalah sebelum membuang air panas.
Syaikh Abdurrahman al-Barrak pernah ditanya,
Apakah ada anjuran untuk membaca basmalah ketika seeorang membuang air panas?
Jawab beliau,
Saya tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan memmbaca basamalah secara khusus untuk kasus yang disebutkan. Akan tetapi menyebut nama Allah termasuk salah sebab yang ditunjukkan oleh dalil bahwa itu bisa mengusir setan dan menghalangi kejahatan mereka. Sebagaimana kita dianjurkan untuk membaca basamalah ketika tidur atau ketika masuk rumah.
Kemudian belia melanjutkan,
Saya berharap apa yang dilakukan masyarakat dengan membaca basmalah ketika membuang air panas sebagaimana yang ditanyakan, saya berharap ini termasuk perbuatan baik. Karena membuang air panas, terlebih di tempat-tempat yang mungkin itu dihuni jin, dikhawatirkan akan menyebabkan balas dendam. Jika seseorang membaca basmalah, ini bisa menjadi sebab menjauhkan dari kekhawatiran akan dampak kejahatan setan. (al-Arak Majmu’ Fatawa al-Barrak).

Kisah Meruqyah Jin

Syaikh Abdul Aziz as-Sidhan menceritakan,
Saya pernah menghadiri acara ruqyah orang yang kesurupan. Terjadi dialog antar jin dan peruqyah,
Peruqyah: ‘Mengapa kamu masuk ke badan orang ini’
Jin: ‘Orang ini membuang air mendidih dan mengenai anakku, sampai mati.’
Peruqyah: ‘Itu karena dia tidak tahu ada anakmu di tempat itu.’
Jin: ‘Mengapa dia tidak membaca basmalah sehingga anakku bisa menghindar sebelum dia buang air panas.’
(Syarh kitab ad-Dakwah ilallah wa Akhlak ad-Duat, dinukil dari Fatwa Islam no. 226625).
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Kamis, 05 Februari 2015

Assalamu’alaikum Ustadz…semoga Allah Azza Waa Jalla slalu menyertai antum sekeluarga..Aamiin Yaa Robbal’alaamiin… Afwan Ustadz..ana mau bertnya bgmna sikap hamba dlam menghadapi ibu ana yg lagi terbaring d rmah skit…mhon jawabnx Ustadz…Mngkin ada doa2 yang d anjurkan dlam syariat Ustadz…Baraakallahu fiik yaa Ustadz
Dari Betraf via Tanya Ustadz for Android
Jawaban:
Wa ‘alaikkumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
berbakti kepada orang tua
Kami turut berduka atas musibah yang dialami ibu anda. Semoga Allah menjadikan musibah yang beliau alami sebagai sumber pahala dan pennghapus dosa.
Kondisi yang saat ini dialami ibu anda, jadikan kesempatan untuk berbakti kepada beliau. Orang yang sakit sangat butuh pelayanan. Dan dia akan akan terkenang dengan oranng yang setia melayaninya. Tunjukkan bakti anda, simpati anda kepada beliau, insyaaAllah menjadi sumber pahala bagi anda.
Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Keterangan Hadis
Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi disebutkan keterangan al-Baidhawi,
وقال القاضي البيضاوي؛ والمعنى أن أحسن ما يتوسل به إلى دخول الجنة ويتوسل به إلى وصول درجتها العالية مطاوعة الوالد ومراعاة جانبه , وقال غيره : إن للجنة أبوابا وأحسنها دخولا أوسطها , وإن سبب دخول ذلك الباب الأوسط هو محافظة حقوق الوالد
Al-Qadhi Baidhawi mengatakan, “Makna hadis, bahwa cara terbaik untuk masuk surga, dan sarana untuk mendapatkan derajat yang tinggi di surga adalah mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya. Ada juga ulama yang mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nnyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu itu adalah menjaga hak orang tua.’ (Tuhfatul Ahwadzi, 6/21).

Doa Untuk Orang Sakit

Ada beberapa doa yang bisa kita baca ketika menjenguk orang sakit. Doa ini berlaku untuk semua orang sakit, baik keluarga maupun di luar keluarga. Anda bisa rutinkan doa ini ketika bersama ibu anda,
Pertama, Doa Minta Kesembuhan
Letakkan tangan anda di badan si sakit, ucapkan
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أذْهِبِ البَاسَ، اِشْفِ أنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفاءَ إِلاَّ شِفاؤُكَ شِفاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً
ALLAAHUMMA RABBAN NAAS, ADZ-HIBIL BAAS, ISYFI ANTAS SYAAFII, LAA SYIFAA-A ILLAA SYIFAA-UKA, SYIFAA-AN LAA YUGHAA-DIRU SAQAMAA
“Yaa Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah sakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah As-Syafi (Sang Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.”
Hadis selengkapnya:
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan: Apabila ada di antara kami yang sakit maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapkan tangan kanan beliau, kemudian membaca : Allahumma rabban naas... dst. (HR. Bukhari 5675 dan Muslim 2191)
Kedua, Minta Kesembuhan 7 kali
Mendekatlah ke orang yang sakit, dan baca doa berikut:
أَسْأَلُ اللَّهَ العَظِيمَ رَبَّ العَرْشِ العَظِيمِ أنْ يَشْفِـــيَكَ   (7 kali)
AS-ALULLAAHAL ADZIIM RABBAL ‘ARSYIL ADZIIM, AN YASY-FIYAK (7 kali)
“Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Pemilik arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu.”
Keterangan:
  1. Doa ini dibaca oleh orang yang menjenguk orang sakit, di dekat si sakit.
  2. Boleh dibaca agak keras sehingga si sakit ikut mendengar, boleh juga dengan suara pelan.
  3. Dibaca sebanyak 7 kali.
Keutamaan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عادَ مَرِيضاً لَمْ يَحْضُرْ أجَلُهُ، فَقالَ عِنْدَهُ: سَبْعَ مَرَّاتٍ: أسألُ اللَّهَ العَظِيمَ رَبّ العَرْشِ العَظِيمِ أنْ يَشْفِيكَ، إلاَّ عافاهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعالى مِن ذلِك المَرَضِ
Siapa yang menjenguk orang sakit, yang belum datang ajalnya. Kemudian dia membaca doa ini di dekatnya sebanyak 7 kali; maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakitnya itu. (HR. Ahmad 2137, Abu Daud 3106, Turmudzi 2083, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Ketiga, Ikuti Ruqyah Jibril
Ruqyah ini pernah dibaca jibril untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit,
بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كل شئ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أو عَيْنٍ حاسِدٍ، اللَّهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللَّهِ أرْقِيكَ
BISMILLAAHI ARQII-KA, MIN KULLI SYAI-IN YUK-DZIIKA, MIN SYARRI KULLI NAFSIN AW ‘AININ HAASIDIN, ALLAAHU YASYFII-KA, BISMILLAAHI ARQII-KA
“Dengan nama Allah, aku meruqyah-mu, dari semua yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa dan mata hasad, semoga Allah menyembuhkanmu, Dengan nama Allah, aku meruqyah-mu.”
Demikian, semoga bermanfaat…
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Jumat, 17 Oktober 2014


Assalamualaikum. Semoga para pembaca Karimun senantiasa diberkati oleh Allah SWT. Oke, Langsung aja ya,


Pernah gak sih kalian-kalian semua menepati janji kepada orang lain? atau mungkin juga kalian menerima amanah dari seseorang untuk dijaga dan dilaksanakan dengan baik. Eh, sebelumnya Tema dan pembahasan nya seperti melenceng ya? eh tenang dulu judul di atas emang udah tepat tapi, pembahasan nya memang masalah ketika kita berjanji. Belum mengerti?

Begini ya, kadang kita menemukan seseorang saling berinteraksi, lalu salah satunya berjanji, kemudian di lanjutkan dengan bersumpah. pernah kan melihat atau mendengar kejadian seperti itu? mulai dari kalangan SD,SMP, dan SMA bahkan yang muda-muda pun dikalangan kerja masih sering kita dapati hal seperti itu, meskipun hanya sekedar main-main. 

Ketidak tahuan lebih tentang islam jadi faktor utama negara ini yang mayoritas di isi oleh kalangan Islam tapi tidak tau banyak tentang Islam. Dibilang ironis sih emang pasti, kadang pepatah yang tak pernah dilupa itu "Islam cuman di KTP aja" ?

Oke lanjut aja deh, saat kita berjanji kadang seseorang yang ditepati janji butuh kepastian kan kepada si pejanji itu? atau meminta jaminan kepada si pejanji agar dirinya berharap tidak ditipu oleh si pejanji itu. mulai dari hal yang biasa sampai hal yang berlebihan. Nah ini nih saya kasih beberapa contoh :
 si A lagi ulang tahun terus punya niat untuk traktir si B nonton di bioskop
 A : eh, besok pergi nonton ya di bioskop. tenang aku yang traktir kok.
 B : ah bener nih, entar bohong lagi?
 A : iya bener, janji nih.
 B : bener janji? demi apa?
 A : iya beneran, demi Allah

nih contoh paling sederhana banget meskipun banyak dilakuin oleh semua orang, dan terutama si anak-anak ini yang berkisar antara 9-17 tahun. kalau dibilang wajar memang iya, karena yang masih kecil dibilang belum tau apa-apa. tapi kalau sudah besar apalagi di masa SMA masa masih awam dengan islam? nah ini yang kadang tidak ingin dicari oleh para remaja, kalau kita lihat fakta nya di Indonesia hampir 70persen remaja di Indonesia sudah ABG (Anak Bebas Gaul) . OK-OK lanjut nih, kadang macam-macam juga yang sering disebut saat bersumpah ada yang bilang demi waktu, demi ini bahkan nama-nama lain juga disumpahkan dan lain sebagainya. nah ini yang salah, sebenarnya membawa-bawa kan nama tuhan atau sebutan lain itu dilarang dalam islam. Boleh, tapi ada aturan dan sebab-sebab tertentu nya juga.

ah masa sih? terus kalau gitu buktiin nya pakai apa, kalau dia gak mau bersumpah?
gini nih, sumpah itu memang butuh, tapi gak setiap waktu dan tempat untuk melakukan nya. jika memang perlu maka lakukan lah apalagi kalau memang kita ingin melakukan kebaikan kepada sesama pasti Allah SWT akan bantu hamba nya yang berniat melakukan kebaikan,

nah yang ini nih, gimana kalau hal sepele seperti percakapan tadi di atas? silahkan baca aja ayat al-qur'an dibawah ini,

لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ اْلاَيْمَانَ فَكَفَّارَتُه اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ، فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ، ذلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْ، وَاحْفَظُوْا اَيْمَانَكُمْ، كَذلِكَ يُبَيّنُ اللهُ لَكُمْ ايتِه لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. المائدة:89
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). [QS. Al-Maaidah : 89]

sudah jelas ayat di atas?
sekali lagi, sumpah itu dibolehkan, tetapi kalau hanya masalah sepele dikalangan anak-anak, para remaja sebaiknya jangan dilakukan meskipun hanya sebatas ingin pembuktian maka lakukanlah dengan sebutuh nya. cukup kita percaya kepada si pejanji tersebut, jika memang ragu dan tidak percaya akan niat dan janji nya maka jangan di ikuti. Gimana kalau sudah di ikuti karena percaya tapi di tipu juga ? ini hal yang sering terjadi juga, alangkah baik nya kita juga harus mengenal baik orang itu, meskipun kita sudah kenal lama tetap harus bersikap tenang, mengingat masa lalu tentanng si pejanji apakah pernah menepati janji nya atau tidak sangat di anjurkan pula, agar gak menimbulkan fitnah nanti nya.

terus gimana kalau dengan janji selain nama Allah SWT? seeettt,, nih saya kasih lagi satu sebagai pembuktian tapi kali ini sebuah hadist,

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَنْهَاكُمْ اَنْ تَحْلِفُوْا بِآبَائِكُمْ. قَالَ عُمَرُ: فَوَ اللهِ مَا حَلَفْتُ بِهَا مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنْهَا، ذَاكِرًا وَ لاَ آثِرًا. مسلم 3: 1266
Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya dia berkata : Aku pernah mendengar Umar bin Khaththab mengatakan : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla melarang kalian bersumpah dengan menyebut bapak-bapak kalian”. Selanjutnya Umar mengatakan, “Demi Allah, aku tidak pernah bersumpah dengan itu sejak aku mendengar Rasulullah SAW melarangnya, baik sumpah untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1266]

Oke, jadi jelas kan? selain nama Allah SWT itu juga dilarang, hal yang terjadi jika kita mengikuti nya dengan berjanji selain Allah SWT jelas dosa adalah tanggungan nya.

Dan yang terakhir nih, gimana caranya agar kasih nasihat kepada yang belum tau? terutama yang masih anak-anak nih. OK ini beberapa saran dari kami,

  1.  Hal pertama jelas kita kembalikan kepada orang tua masing-masing yang seharusnya mengerti dan lebih paham.
  2. Jika ingin di sampaikan maka hendaklah menyampaikan nya dengan pemahaman yang mudah dimengerti : misal, katakanlah "Jangan bersumpah dengan main-main nanti dapat dosa lho." contoh yang lain "Jangan ucap sumpah, karena sumpah itu nanti akan ditanggung di akhirat".
  3. Jika ingin berjanji lalu diminta bersumpah maka sebaiknya hindari atau cukup katakan "InsyaAllah saya akan menepati nya" karena dalam islam itu sudah lebih baik.
  4. Kalau memang tidak di percaya , maka semua itu kembali ke diri masing-masing bagaimana agar kita bermanfaat bagi masyarakat sekitar, supaya ketika kita ingin melakukan sesuatu dengan terlibat kepada orang lain, orang itu sudah lebih percaya tanpa harus meminta bersumpah . Wallahu'alam.

Minggu, 21 September 2014

Bolehkah mendoakan bagi orang yang jelek yang tidak menjalankan kewajiban agama Islam?

Jawaban: Doa bagi orang yang jelek agar mendapatkan hidayah dari Allah l dan agar Allah l memperbaiki keadaan dirinya merupakan hal yang disyariatkan dan dikehendaki (agama) adapun mendoakan yang bisa membantu kejelekannya  dan dalam perbuatan bathil maka hal ini tidak diperbolehkan. Sedangkan doa setelah kematiannya agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah maka diperbolehkan bahkan disyariatkan (dan) semoga Allah lmengabulkan doa (tersebut). Di dalam hadits, dari Nabi n disebutkan, “Tidaklah seorang muslim yang mati dan jenazahnya di urusi(dimandikan, dikafani dan dishalatkan)  oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun melainkan Allah akan memberikan pertolongan kepadanya.”

BERPIKIRAN BURUK
Apakah memikirkan dosa atau maksiat tanpa maksud untuk melakukannya merupakan dosa atau haram?

Jawaban: Berpikir tentang maksiat tidak dianggap sebagai dosa ataupun haram karena Nabi n bersabda, "Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku sesuatu yang terbetik di dalam jiwanya selama tidak mengerjakannya atau tidak mengatakannya.”

Akan tetapi apabila ia berniat dan bertekad kuat untuk mengerjakan perbuatan tersebut, kemudian dia menjaga dirinya dan merasa takut kepada Allah serta meninggalkan maksiat yang diniatkannya, maka ditulis baginya satu kebaikan yang sempurna, sebagaimana telah jelas dari Nabi n bahwa Allah menulis untuknya satu kebaikan yang sempurna dan Allah berkata, “Sesungguhnya dia meninggalkan keburukan karena-Ku.”
Akan tetapi hendaknya bagi orang yang memikirkan maksiat ini (segera) memperbaiki dirinya dari pemikiran tersebut. Karena bisa jadi  dengan pemikiran ini bisa membuatnya berniat melakukan, kemudian bertekad merealisasikannya dan mengerjakannya, kecuali orang yang dijaga oleh Allah l.
Sumber: Fatawa Nur ‘ala Adarbi, www.ibnothaimeen.com

Rabu, 10 September 2014

Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan kami pun pernah menyaksikan dengan mata kepala kami sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompleks ditangkap/ diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.

Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
  • dasar-dasar agama yang kurang
  • kurangnya kasih sayang orang tua.
  • kurangnya pengawasan dari orang tua.
  • pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
  • peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
  • kebebasan yang berlebihan
  • masalah yang dipendam
Dan beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti pendidikan ibadah, pembinaan akhlak dan rutinitas ibadah.
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut. Namun dalam masalah ibadah, tentu saja perlu ada pemaksaan.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, jejaring sosial dll.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

Artikel: Remaja Islam Mau Mengenal Islam

Kamis, 04 September 2014

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum, mohon penjelasannya bagaimana menentukan sikap kita untuk memilih antara birrul walidain dan menuntut ilmu syar’i. Mana yang harus didahulukan? 

Sudah dimaklumi, seorang anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Namun sangat disayangkan, kewajiban ini banyak Dilalaikan oleh orang bahkan oleh banyak kaum muslimin.
 
Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Cukuplah dalam Al-Qur’an , Allah subhanahu wata'ala memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid. Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskannya sebagai Amal Yang Paling Utama, seperti disampaikan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud radiallahu anhu, beliau berkata,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.” [Muttafaqun Alaihi]

Demikian juga menuntut ilmu syar’i adalah kewajiban penting bagi seorang muslim, sebab dengan ilmu syar’i ini seorang mengerti siapa Rabb sesembahannya dan bagaimana beribadah kepada Allah serta bagaimana bermuamalat dengan orang lain.
 
Namun para ulama menjelaskan hokum menuntut ilmu berbeda-beda sesuai dengan subyek pelaku, obyek yang dicari dan keadaannya. Terkadang menuntut ilmu fardhu ‘ain (wajib atas setiap muslim) dan kadang hanya fardhu kifayah (diwajibkan tidak kepada setiap muslim, namun kepada sejumlah orang yang mampu mewujudkannya sehingga yang lainnya gugur kewajibannya). Ada juga yang hanya dihukumi sebagai amalan sunnah. 

Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah ada pertentangan antara kewajiban menuntut ilmu dengan kewajiban berbakti kepada orang tua, sebab menuntut ilmu seharusnya dapat menjadikan kita semakin mampu dan pas dalam berbakti kepada kedua orang tua kita.

Namun terkadang ada satu keadaan tertentu yang terkesankan adanya pertentangan sehingga bila menuntu ilmu maka harus meninggalkan berbakti pada kedua orang tua. Apabila terjadi yang demikian maka wajib bagi kita untuk mengkompromikannya sedapat mungkin, sehingga mampu berbakti kepada kedua orang tua dengan mengorbankan sedikit waktu menuntut ilmu yang mungkin hukumnya hanya fardhu kifayah atau amalan sunnah saja. Atau bisa juga dengan melihat bentuk bakti yang diinginkan dan dibutuhkan, apakah mungkin dilakukan dalam waktu yang tidak menyita, sehingga bisa juga menuntut ilmu secara optimal. Apabila tidak bisa dikompromikan maka tentunya melakukan langkah mentarjih atau memilih yang paling kuat dari keduanya dengan meninjau kepada hokum kedua amalan sholih ini mana yang lebih kuat.

Cara seperti ini dapat dilakukan dalam banyak permasalahan yang tampak adanya pertentangan antara dua amalan shalih, bahkan sebagian masalah berupa pilihan dua amalan shalih yah bila satu diamalkan maka yang lain tidak bisa diamalkan. Permasalahan ini diungkapkan dalam referensi islam dengan istilah “Tafadhul al-A’mal”.

Diantara metode yang harus diperhatikan dalam menyikapi permasalah seperti ini adalah melihat kepada hokum pada dua pilihan tersebut. Apabila keadaan orang tua benar-benar sangat membutuhkan perhatian dan perawatan dari sang anak sehingga sang anak tidak bisa bersekolah agama dipesantren atau mengikuti majlis taklim yang ada, maka berbakti pada orang tua disini lebih didahulukan daripada menghadiri majlis taklim tersebut, sebab berbakti hukumnya wajib sedangkan berangkat ke majlis ta’lim masih dibawah kewajiban mengurus orang tua tersebut.

Apalagi masih ada sarana lainnya untuk belajar tanpa harus menghadiri majlis ta’lim seperti dengan bertanya kepada para stadz tentang masalah agama via alat komunikasi hp atau telpon atau surat. Sehingga ilmu yang wajib diketahuinya dari majlis ta’lim tersebut dapat didapatkan melalui sarana lain tanpa meninggalkan bakti kepada kedua orang tua tersebut.

Apalagi dizaman ini sangat banyak sarana dan fasilitas belajar, baik di alam nyata maupun dialam maya. Lihat saja buku-buku dan majalah sebagai salah satu sarana belajar sangat mudah didapatkan dengan biaya yang relative tidak mahal. Demikian juga kaset dan cd rekaman kajian para ulama, ustadz dan dai sudah dengan begitu mudah didapatkan ditambah dengan kemudahan memiliki computer dan sejenisnya yang sangat membantu kita semua untuk belajar.

Kesimpulannya, Jangan batasi sarana belajar hanya dengan sekolah ditempat-tempat khusus, namun berusaha untuk memanfaatkan sarana yang ada untuk kemudahan belajar dengan tanpa mengorbankan bakti kita kepada kedua orang tua kita. Ingat keutamaan berbakti yang sangat besar pahalanya dan bisa dijadikan oleh kita sebagai wasilah memohon kepada Allah agar dimudahkan untuk belajar dan memahami ajaran Rasulullah n . jangan remehkan pengaruh berbakti pada orang tua ini, sebab bisa jadi Allah jadikan berbakti kepada orang tua tersebut sebagai amal shalih yang menyelamatkan kita dari siksaNya dan menjadikannya sebagai sebab kesuksesan kita didunia dan akherat nanti.

Semua ini jangan dijadikan penghalang untuk berbuat baik dan belajar. Mari kita semua semakain dan senantiasa dekat kepada Allah dengan terus memohon kepadanya kemudahan dalam memahami ajaran Rasulullah n yang menuntun kita kepada syurga Allah dan keridhaan-Nya. Semoga bermanfaat. (Ust kholid S, Lc)

sumber : majalah elfata

Selasa, 26 Agustus 2014

Pertanyaan:
Assalamualaikum, mohon penjelasan dan pencerahan dari masalah kami

Aku adalah seorang yang mudah sekali emosi terhadap berbagai hal yang terjadi baik di jalan, didalam pekerjaan maupun di dalam rumah. (memang) banyak sekali orang yang seperti saya tetapi akau dapati di sana tidak sedikit orang yang memiliki sifat lembut dan santun. Aku sangat menyukai perangai ini dan sangat ingin memiliki perangai ini dan aku sudah berupaya kuat namun belum berhasil. Aku mendengar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

“Sesungguhnya ilmu itu (didapat) dengan menuntutnya dan kelembutan (didapat)dengan berusaha lembut. Bagaimana penerapan hadits tersebut?

Jawaban:
Sifat kelembutan(santun) merupakan akhlak keimanan yang agung, karenanya ada isyarat di dalam Al Qur’anul karim di dalam firman Allah wubhanahu wataala tentang sifat orang-orang yang bertakwa,

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan” orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran:134)

Dan telah shahih penjelasan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Dan Rasulullah bersabda kepada Asyaj ‘Abdul Qais, “Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua perangai yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya;santun(lembut) dan hati-hati.”(Riwayat Muslim)

Diantara sarana yang dapat membantu kita untuk bisa berhias dengan akhlak ini, diantara;

Berusaha menjauh dari hal-hal yang menyebabkan kemarahan, Seorang pernah berkata kepada

 Rasulullah , “Wahai Rasulullah, berilah nasehat kepada saya,” maka Nabi bersabda, “Janganlah kamu marah.” Sia berkata lagi, “Aku memikirkan sabda Rasulullah, “Jika seseorang marah maka terkumpul semua keburukan.”(Riwayat Imam Malik dan Ahmad)

Diam ketika marah, “Apabila kamu marah hnedaknya diam.”(Riwayat Ahmad)
Berlindung kepada Allah dengan mengucapkan, “a’udzubillah minasy syaithanir rajiim.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Merubah posisi tubuhnya ke posisi lain, “Apabila kamu marah dalam keadaan berdiri hendaknya  duduk hingga hilang amarahnya, apabila belum hilang hendaknya berbaring.”(Riwayat Ahmad dan di shahihkan Syaikh Albani)

Berusaha melatih jiwanya untuk memiliki jiwa yang lembut, “sesungguhnya sifat kelembutan itu didapat dengan berusaha(lembut).” (Riwayat Thabrani dan Al-Baihaqi)
Memperhatikat sifat Lembut yang dimiliki oleh Allah dan betapa banyak Al Qur’an menenrangkan sifat ini?

Berusaha mengendalikan diri dengan bersabar

Berupaya sekuat tenaga untuk memaafkan kesalahan orang

Memperhatikan betapa besar pahala bagi orang yang bisa mengekang amarah dirinya.

Memperbanyak dzikkir kepada Allah subhanahu wata'ala

Bersegera untuk lapang dada ketika marah

Inilah metode dan tahapan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada istri beliau untuk menghilangkan dan menghadang sifat marah dan berhias diri dengan sifat santun serta lembut. Allahu A’lam (Ust. Kholid, S.Lc)

Selasa, 01 Juli 2014

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Sabtu, 28 Juni 2014

Seorang muslim makan sambil berjalan, makan dengan tangan kiri, tanpa berdoa, bahkan menyisakan makanan, hal ini seakan sudah menjadi pemandangan umum di kantin-kantin kampus. Betapa miris hati ini melihatnya. Bila amal ibadah yang ringan saja sudah ditinggalkan dan disepelekan, bagaimana dengan amalan yang besar pahalanya?? Atau mungkinkah karena hal itu hanya merupakan suatu ibadah yang kecil kemudian kita meninggalkannya dengan alasan kecilnya pahala yang akan kita peroleh? Tidak begitu Saudaraku … Yang sedikit apabila rutin dilakukan, maka akan menjadi banyak! Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (٣٣)
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” (QS. Muhammad 33)
Cukuplah firman Allah Ta’ala tersebut menjadi nasihat bagi kita semua untuk selalu berusaha menaati perintah Allah dan perintah Rasul-Nya, baik perintah wajib maupun anjuran (sunnah) maupun atau perintah untuk menjauhi perkara yang dilarang.
 

Jumat, 27 Juni 2014

Oke, langsung saja kita pake hitung-hitungan.
Al-Qur'an itu kurang lebih terdiri dari 600 halaman. Jika kamu bagi untuk 30 hari, maka hasilnya:

20 halaman per-hari...

Awalnya mungkin terkesat agak keberatan. Target konsisten 20 halaman per-hari itu di luar kebiasaan kamu. Tapi, ternyata jika kamu bagi untuk setiap waktu shalat fardhu, maka beban berat itu akan menjadi terasa ringan insya Allah. Berarti 20 dibagi 5, kan?

20:5 = 4

Berarti 2 LEMBAR [4 halaman] sebelum dan setelah shalat

Boleh 1 lembar sebelum shalat dan 1 lembar setelah shalat, atau 2 lembar sekaligus setelah shalat.

Seandainya kamu konsisten melakukannya, maka sebuah kepastian bahwa kamu akan khatam dalam sebulan. Betul betul betul?

Selamat mengamalkan!

=============================
Selesai? Belum. Trik di atas bagi yang ingin mengkhatamkannya SEKALI. Jika ingin khatam DUA KALI, maka lipat duakan caranya.

Bayangkan jika setiap orang membaca trik ini dan mereka berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an...bayangkan pahala yang akan kamu raih nantinya...dengan segala kelipatannya.

Bagi yang berkenan, dipersilahkan co-pas cara di atas, dishare, disebarkan. KARENA:
Jika kamu menyebarkan pesan di atas, dan satu orang mengikuti cara tersebut [ia membaca Al-Qur'an 30 juz], maka insya Allah pahala si pembaca masuk dalam akun tabungan/investasi kamu untuk hari nanti.

Dan jangan sia-siakan kesempatan beramal di Ramadhan; yang pahalanya berlipat-lipat.

"Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya." [HR Muslim, 3509]

Status Ustadz Hasan Al-Jaizy