Berbakti kepada Ibu adalah amalan yang mulia bagi seorang anak. Berbakti kepada ibu di sini disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai 3 kali, baru kemudian berbakti pada ayah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
Mengapa sampai berbakti pada Ibu disebutkan sampai 3 kali? Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim, 8: 331)
Sebagian orang menyatakan wujud cintanya pada Ibu secara ceremonial hanya pada tanggal 22 Desember (dalam peringatan hari Ibu). Namun kalau kami sebagai umat Islam, mengagungkan Ibu setiap saat, bahkan sampai pun ia telah meninggal, kami pun akan terus mendo’akannya. Dalam Islam berbakti pada Ibu itu wajib, bahkan disebut berulang sampai 3 kali, baru kewajiban berbakti pada ayah.
Syaikh Sholih Al Fauzan berkata, “Peringatan hari ibu hanyalah membuang-buang waktu dan harta, dan hanya menghidupkan amalan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Ini semua hanya akan membuat umat Islam berpaling dari ajaran Islam yang dituntunkan.” (Sumber: http://www.saaid.net/mktarat/aayadalkoffar/37.htm)
Semoga Allah memudahkan kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua, terutama pada ibu kita. Wallahu waliyyut taufiq.
—
Riyadh-KSA, 9 Shafar 1434 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه
وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى
قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ
مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »
“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku
berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’.
Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata
lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)Mengapa sampai berbakti pada Ibu disebutkan sampai 3 kali? Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim, 8: 331)
Sebagian orang menyatakan wujud cintanya pada Ibu secara ceremonial hanya pada tanggal 22 Desember (dalam peringatan hari Ibu). Namun kalau kami sebagai umat Islam, mengagungkan Ibu setiap saat, bahkan sampai pun ia telah meninggal, kami pun akan terus mendo’akannya. Dalam Islam berbakti pada Ibu itu wajib, bahkan disebut berulang sampai 3 kali, baru kewajiban berbakti pada ayah.
Syaikh Sholih Al Fauzan berkata, “Peringatan hari ibu hanyalah membuang-buang waktu dan harta, dan hanya menghidupkan amalan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Ini semua hanya akan membuat umat Islam berpaling dari ajaran Islam yang dituntunkan.” (Sumber: http://www.saaid.net/mktarat/aayadalkoffar/37.htm)
Semoga Allah memudahkan kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua, terutama pada ibu kita. Wallahu waliyyut taufiq.
—
Riyadh-KSA, 9 Shafar 1434 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
0 komentar :
Posting Komentar