Senin, 06 Januari 2014

1587958922_01bd388385
Di sana ada hukuman-hukuman yang mendidik dan sukses, pantas bagi seorang pengajar untuk menggunakannya kepada pelajar-pelajar yang menyimpang dari adab-adab pelajaran dan tidak menghormati kedudukan ustadz, yaitu hukuman-hukuman mendidik yang aman dari akibat-akibat yang buruk, yang memberi jaminan kesuksesan dengan kehendak Allah. Hukuman-hukuman tersebut bermacam-macam:
1. Nasihat dan Bimbingan
Ini adalah cara yang pokok dalam kegiatan belajar dan mengajar yang sangat dibutuhkan. Metode ini telah ditempuh oleh guru besar bersama anak-anak atau orangtua-orangtua.
a. Adapun kepada anak-anak, pernah Rasulullah melihat anak yang sedang makan dan tangannya kesana kemari (mengambil di tempat makanan,- pent) maka beliau mengajarinya cara makan.
“Wahai anak, bacalah nama Allah (mengucapkan basmalah) dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu.” [Muttafaqun ‘alaih]
Dan jangan sekali-kali seseorang mengatakan bahwa cara pengajaran seperti ini pengaruhnya sedikit pada anak-anak.
Sungguh saya telah menerapkan metode ini beberapa kali, ternyata benar-benar mempunyai pengaruh yang sangat bagus dan telah lalu dalam pembahasan tentang peringatan terhadap perkara-perkara yang berbahaya. Tentang kisah seorang anak yang mencela agama, bagaimana saya menasehatinya dan diapun menerima nasihat.
Ada satu kejadian ketika saya berjalan bersama seorang pengajar. Kami melihat seorang anak kencing di tengah jalan. Maka pengajar tersebut berteriak kepada anak tersebut sambil mengatakan:
“Celaka kamu… Celaka kamu… jangan lakukan!!”
Maka anak itupun terkejut dan memutus kencingnya kemudian lari. Saya katakan kepada pengajar tersebut: “Kamu telah menyia-nyiakan bagi kita nasihat untuk anak tersebut.” Maka dia berkata kepadaku: “Apakah boleh saya mendiamkan anak tersebut kencing di jalan di depan orang banyak?” Saya menjawab: “Tidak.” Pengajar itu berkata: “Lalu apa yang ingin kamu lakukan selain seperti itu?” Saya katakan: “Saya biarkan anak tersebut sampai selesai kencingnya kemudian anak itu saya panggil. Saya perkenalkan diri saya kepadanya, kemudian saya katakan kepadanya: ‘Wahai anakku, sesungguhnya ini adalah jalan umum untuk orang-orang yang lewat, tidak boleh kencing di situ. Dekat dari sini ada tempat buang air sehingga lebih pantas kalau kamu membiasakan kencing di sana sehingga kamu menjadi anak yang terdidik, saya mengharapkan bagimu hidayah dan taufik.’
Maka pengajar itu berkata kepada saya: “Ini adalah cara yang bijaksana dan berfaidah.” Saya katakan kepadanya: “Ini adalah metodenya guru kemanusiaan Muhammad bin Abdillah.”
Dan kejadian beliau dengan seorang Arab gunung kisahnya sangat terkenal, yang akan disebutkan sekarang.
b. Adapun nasihat dan bimbingan untuk orang-orang dewasa maka contoh yang besar pengaruhnya adalah kisah seorang Arab gunung berikut:
dari Anas , dia berkata: Ketika kami sedang berada di masjid bersama Rasulullah tiba-tiba datang seorang Arab gunung kemudian berdiri dan kencing di masjid. Para sahabat Rasulullah berteriak kepada orang tersebut: Hai … hai …(yaitu jangan lakukan). Rasulullah bersabda: Jangan kalian hentikan dia (maksudnya jangan paksa menghentikan kencingnya).
Para sahabatpun membiarkan orang Arab gunung tersebut menyelesaikan kencingnya. Kemudian Rasulullah memanggil orang tersebut: “Sesungguhnya masjid ini tidak boleh sedikitpun dikencingi atau (buang) kotoran yang lain. Tetapui hanyalah masjid itu untuk berdzikir kepada Allah, shalat dan membaca Al-Qur’an.”
Rasulullah bersabda kepada para sahabat: ‘Sesungguhnya engkau diutus untuk mempermudah bukan untuk mempersulit. Siramlah kencing tersebut dengan satu ember air.” Orang Arab gunung itu berkata: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati seorangpun.” Rasulullah bersabda: “Sungguh kamu telah membatasi sesuatu yang luas.” (yaitu menyempitkan perkara-perkara yang luas). [Muttafaqun ‘aiaih]
2. Bermuka masam
Boleh bagi seorang pengajar untuk kadang-kadang bermuka masam pada wajahnya kepada para pelajarnya apabila melihat keributan atau kekacauan mereka dalam rangka untuk menjaga peraturan sekolah dan kewibawaannya. Ini lebih baik daripada menganggap tidak mampu menghukumnya.
3. Melarang dengan keras
Sering kali yang dipakai pleh pengajar apabila para pelajar banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menyia-nyiakan pelajaran ataua meremehkan pengajar atau kesalahan-kesalahan yang lain yang sering dilakukan pelajar adalah melarang dengan keras kepada salah seorang dari mereka. Ketika pengajar melarang dengan tegas dan membentak, maka para palajar akan diam dan duduk dengan beradab.
Cara ini digunakan oleh Rasulullah sang pengajar- semoga shalawat dan salam dari Allah senantiasa dilimpahkan kepada beliau- ketika melihat seseorang yang menuntun onta (atau sapi) untuk hadyu (yaitu berkurban di Baitul Haram). Rasulullah bersabda: “Tunggangilah unta tersebut,” Laki-laki itu menjawab: “Sesungguhnya onta ini untuk kurban di Ka’bah wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda: “Tunggangilah!”. Kemudian laki-laki itu manaiki onta yang telah dia jadikan sebagai hadyu, berjalan mengiringi Rasulullah dan sandalnya diletakkan pada leher onta tersebut. [HR. Al-Bukhari]
4. Melarang dari sesuatu
Ketika pengajar melihat sebagian pelajar yang berbicara ketika pelajaran, maka hendaknya pengjar melarang mereka dari pembicaraan mereka dengan suara yang keras. Sesungguhnya Rasulullah telah minta seseorang yang bersendawa di depan beliau. Beliau bersabda kepadanya: “Tahanlah sendawamu.” [Hadits hasan, lihatlah Shahihul Jami’ no. 4367]
(dikutip dari buku Kiat Mendidik Anak, Pustaka Al Haura’)

Sumber artikel : salafy.or.id

0 komentar :

Posting Komentar