Selasa, 02 Juli 2013

FATWA DAN PENDIRIAN ULAMA SUNNI TERHADAP AQIDAH SYI’AH
M. O. BAABDULLAH
(Ulama Terkemuka Dari Manarul Islam Bangil)
Wahai kaum Muslimin – semoga anda diberi rahmat oleh Allah swt – berikut ini marilah dicamkan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para Imam dan Ulama Islam, yang dengan pernyataan mereka yang tegas menyatakan kekafiran Syi’ah Rafizhah Imamiah Itsna Asy’ariyah Ja’fariyah serta terhempasnya mereka dari Islam laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Dalil yang digunakan oleh para Ulama dalam menetapkan hukum tersebut adalah dalil-dalil Qathi’, di mana golongan yang telah keluar dari Islam ini sudah berbeda prinsip maupun detailnya serta konsep-konsepnya dari Aqidah Ahlil Kiblat, yaitu Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, agar kaum muslimin tidak terkecoh oleh mereka dan dengan secara jelas memahami golongan yang telah keluar dari Islam ini serta aqidah-aqidahnya yang sesat.
Golongan yang telah keluar dari Islam ini berusaha dengan berbagai macam cara menyelubungi dirinya di balik slogan-slogan yang sesat, bahwa mereka “masih termasuk Ahlil Kiblat” dengan mengerahkan kemampuan penulisan dan propagandis bayaran mereka. Untuk dakwah dan propagandanya ini golongan tersebut membelanjakan harta yang banyak sekali guna menjaring orang-orang awam dan memasukkan mereka di dalam jebakannya. Golongan ini terkadang mempergunakan slogan “demi persaudaraan Islam”, padahal mereka adalah manusia yang paling jauh dari Islam dan pengikutnya. Terkadang pula mereka menggunakan slogan “sambung rasa” antara golongan Sunnah dan Syi’ah. Tetapi bagaimana mungkin dan kapan bisa terjadi adanya “sambung rasa” antara yang hak dengan yang bathil. Prinsip apa yang akan digunakan untuk membangun persatuan antara yang baik dengan yang buruk. Bagaimana bisa berhasil mempertemukan serta terjadinya kesepakatan antara hidayah dan kesesatan?. Dan terkadang di tampilkan slogan “apakah boleh mengkafirkan golongan sesama satu Kiblat?” Slogan-slogan tersebut memang benar, tetapi dimanipulasi untuk tujuan bathil. Sebab Ahlil Kiblat tidak akan berdusta atas nama Allah dan tidak menyatakan sesuatu pernyataan seperti yang dikatakan oleh golongan Syi’ah, bahwa Karbala, Qom, Kufah lebih mulia daripada kota Makkah dan Madinah. Ahlil Kiblat tidak akan mengatakan “barangsiapa pergi haji 20 kali ke Makkah tertulis pahalanya senilai dengan sekali pergi ziarah ke kuburan Husein”. Ahlil Kiblat tidak akan berkeyakinan bahwa “Allah menyaksikan para pengunjung kuburan Husein sebelum menyaksikan para Haji di Arafah”. Ahlil Kiblat tidak akan berdusta atas nama Allah sebagaimana diucapkan dan menjadi keyakinan golongan Syi’ah, bahwa Allah berkata kepada Ka’bah: “Pemberian-Ku kepadamu bila dibandingkan dengan pemberian-Ku kepada bumi Karbala adalah laksana kelembaban sebuah jarum yang dicelup dalam laut berbanding dengan air laut itu. Sekiranya tidak karena bumi Karbala, niscaya Aku tidak memuliakanmu dan sekiranya tidak karena orang yang terkubur di bumi Karbala, niscaya Aku tidak menciptakanmu.”
Bualan dan kebohongan yang berjejal ditulis oleh seorang ulama Syi’ah Rafizhah Istna Asy’ariyah Ja’fariyah, bernama Al Hurru Al ‘Amili di dalam bukunya “Wassailus Syi’ah” jilid v, niscaya Ahlul Kiblat tidak akan mengucapkannya, dan tidak mungkin diucapkannya. Akan tetapi orang-orang yang mengatakan dan mempercayai bualan serta kebohongan semacam ini dan kesesatan seperti itu adalah golongan Syi’ah Rafizhah Imamiyah. Karena mereka memang bukan Ahlil Kiblat dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam dan umatnya.
Wahai kaum Muslimin – semoga anda diberi rahmat oleh Allah swt. Demi memahami dan mengerti dengan jelas masalah Syi’a Rafizhah Imamiyah Itsna Asy’ariyah Ja’fariyah, maka di dalam sajian ini kami akan ketengahkan keyakinan Syi’ah terhadap Al-Qur’an. Bahwa menurut mereka Al-Qur’an telah diubah, telah ditambah dan dikurangi. Sedangkan Al-Qur’an yang asli sesungguhnya ada ditangan juru selamat yang mereka khayalkan dan ditunggu kedatangannya, dimana Al-Qur’an itu adalah tiga kali lebih banyak daripada yang ada ditangan umat Islam. Mereka percaya bahwa Imam-imam mereka mengetahui soal-soal ghaib, dan imam-imam itu baru bisa mati bila mereka berkehendak untuk mati. Mereka itu adalah orang-orang yang terpelihara dari segala kekurangan dan dosa, lebih mulia dari para Nabi dan Rasul, mengetahui apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi serta mengetahui segala isi surga dan neraka. Mereka menyatakan dan berkeyakinan, bahwa para sahabat yang telah mendapat ridha Allah itu setelah Rasulullah wafat semuanya murtad dari Islam, kecuali belasan orang sahabat. Mereka berkeyakinan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman dan para istri Rasulullah ‘Aisyah dan Hafsah serta sahabat Thalhah dan Zubair serta orang-orang yang mengikuti mereka, (semoga Allah melindungi kita) adalah orang-orang Zindiq dan kafir. Kebohongan, keyakinan dan pernyataan kekafiran yang mengeluarkan orang dari Islam lagi sesat serta menyesatkan semacam ini, mereka tulis didalam buku-buku induk mereka dan menjadi prinsip-prinsip agama dan panduan mereka. Di antara buku-buku yang telah menjadi kiblat mereka dan prinsip-prinsip agama mereka kami jadikan sebagai bukti kepada mereka agar menjadi binasa orang yang melawan bukti kebenaran dan menjadi selamat orang yang mau mengikuti kebenaran. Allahlah pemberi petunjuk kepada jalan yang benar.
Wahai kaum Muslimin, berikut ini adalah kepercayaan yang menjadi Aqidah Syi’ah dan pernyataan yang tercantum di dalam buku-buku induk mereka. Marilah kita mulai dengan mengkaji kepercayaan mereka terhadap Al-Qur’an:
1. Abu Abdullah a.s berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh jibril a.s kepada Muhammad saw adalah tujuh belas ribu ayat”. (Al Kaafi fil Ushul, 2:634, cetakan Teheran Iran).
2. Dari padanya pula: “Pada pihak kami sungguh ada Mush-haf Fathimah a.s dan tahukah mereka apa Mush-haf Fathimah itu? Jawabnya: “Mush-haf Fathimah itu isinya tiga kali lipat dibanding dengan Al-Qur’an kalian ini. Demi Allah, tidak satu pun huruf dari Al-Qur’an tersebut terdapat dalam Al-Qur’an kalian”. (Al Kaafi fil Ushul, 1:240-241).
3. Dari Jabir, dari Abu Ja’far a.s, ia berkata: “Saya bertanya: “Mengapa Ali bin Abi Thalib dinamakan Amirul Mukminin?” Jawabnya: “Allah yang menamakan demikian. Begitulah yang telah diturunkan di dalam kitab Suci-Nya yaitu firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلىٰ اَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلِيْ وَأَنَّ عَلِيًّا أَمِيْرُالْمُؤْمِنِيْنَ.
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari Bani Adam, dari punggung mereka anak keturunan mereka dan Ia jadikan mereka saksi atas diri mereka sendiri: Bukankah Aku ini Tuhan kamu dan Muhammad Rasul-Ku dan Ali adalah Amirul Mukminin?” (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:437, cet. Teheran Iran).
4. Diriwayatkan pula, ia berkata : “Jibril turun membawa ayat ini kepada Muhammad dengan bunyi demikian:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلىٰ عَبْدِنَا فِيْ عَلِيٍّ فَأ ْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِنْ مِثْلِهِ.
Artinya: “Dan jika kamu sekalian meragukan terhadap apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami tentang Ali, maka datangkanlah satu surat saja yang serupa dengannya”. (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:417, cet. Teheran Iran).
5. Dari Abi Bashir, dari Abu Abdillah a.s tentang firman Allah:
مَنْ يُطِعِ آلله َوَرَسُوْلَهُ فِيْ وِلاَيَةِ عَلِيٍّ وَاْلأَئِمَّةِ بَعْدَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Artinya: “Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya didalam urusan kewalian Ali dan para Imam sesudahnya, maka sesungguhnya ia memperoleh kemenangan yang besar”, demikianlah ayat tersebut diturunkan”. (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:414, cet. Teheran Iran).
Inilah dia keyakinan kaum Syi’ah terhadap Al-Qur’an, suatu keyakinan kafir lagi keluar dari Islam, laksana keluarnya anak panah dari busurnya, sepercik dari yang banyak ini bisa anda temukan pada kitab-kitab induk mereka yang terkenal, dari buku Al Kaafi karya Al Kulaini dari tafsir Al Qummi dan buku Al Ihtijaj karya Thibrisi, buku Bashairud Darajaat karya Shafar, dan Hayatul Qulub karya Al Majlisi, Tafsir Al Burhan karya Al Bahrani dan tafsir Ash-Shafi karya Muhsin Al Kashi. Juga buku Fashlul Khithab fi Itsbattahriifi Kitaabi Rabbil Arbaab karya ulama Syi’ah bernama Mirza Taqiyyunnuuri At-Thibrisi, buku Al Anwar an-Nu’maniyah karya Ni’matullah Al Jazairi, dan buku Kasyful Asrar karya Khumaini dan lain-lain lagi. Tidak satu pun kitab dari buku-buku induk Syi’ah yang menjadi pegangan mereka terlepas dari keyakinan yang merupakan identitas mereka ini, mereka kaitkan keyakinan semacam itu kepada para imam mereka yang mereka anggap ma’shum, anggapan yang penuh kepalsuan dan kebohongan , dan mengada-ada atas nama Allah, dan para Aulianya. Para Imam tersebut sebenarnya bersih dari kebohongan dan tipu daya yang mereka lakukan itu. Keyakinan-keyakinan semacam itu tentang Al-Qur’an sebagaimana tercantum penuh di dalam buku-buku induk Syi’ah, hanyalah bisa dikatakan dan dipercayai oleh orang kafir lagi lepas dari Islam, karena Allah telah berfirman di dalam Kitab Suci-Nya sebagai berikut:
1.
الم • ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Alif Lam Mim. Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah: 1-2)
2.
لا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Artinya: ” Tiada tersentuh oleh kebatilan di masanya dan tidak pula sesudahnya. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42).
3.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: ” Sungguh Kami sendirilah yang menurunkan Adz-Dzikir ini dan sungguh Kami sendiri yang memeliharanya, (Al Hijr: 9).
Ayat-ayat yang terang lagi jelas ini, seterang matahari di siang bolong adalah menjadi bukti yang jelas lagi mendasar, bahwa Al-Qur’an sungguh-sungguh terjaga dan terpelihara. Penjaganya adalah Allah, Tuhan yang telah menurunkan kebenaran tersebut. Dia menurunkannya untuk memberikan penjelasan mengenai berbagai masalah dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Demikianlah kepercayaan Ahlul Kiblat, yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan bukan kepercayaan orang-orang yang mengaku-aku, sekalipun mereka dengan menggunakan seribu dalih dan menghiasi pengakuan-pengakuan mereka itu dengan kata-kata manis dan menarik agar barang dagangan mereka laris. Karena kitab-kitab mereka sendiri telah mendustakan mereka dan menjadi “senjata makan tuan”.
Jika golongan Syi’ah membantah dengan kata-kata: “Bagaimana bisa terjadi begitu, padahal kami membaca Al-Qur’an yang sama seperti Al-Qur’an yang ada dan kami melaksanakan hukum-hukumnya?” Kami menjawab, “Dari ucapanmu sendiri kusumbat mulutmu dan dari tempat minummu kulepas dahagamu”. Karena itu wahai golongan Syi’ah, dengarlah kata-kata yang diucapkan oleh ulama kamu dan pemimpin kamu yang agung, Ni’matullah al Jazairi, dalam bukunya yang tebal Al Anwar an-Nu’maniyah 2 hlm. 363-364, cetakan Teheran, sebagai berikut:
1. Ia berkata: Jika anda bertanya, mengapa (kami) dibenarkan membaca Al-Qur’an ini, padahal ia telah mengalami perubahan?” Saya menjawab: “Telah diriwayatkan di dalam banyak riwayat bahwa mereka (para imam Syi’ah) menyuruh golongan mereka untuk membaca Al-Qur’an yang ada di tangan umat Islam di waktu shalat dan lain-lain dan melaksanakan hukum-hukumnya sampai kelak datang waktunya pemimpin kita, Shahibuz Zaman, muncul lalu menarik dari beredarnya Al-Qur’an yang ada di tengah umat Islam ini ke langit dan mengeluarkan Al-Qur’an yang dahulu disusun oleh Amirul Mukminin as, lalu Al-Qur’an inilah yang dibaca dan di amalkan hukum-hukumnya”. Riwayat-riwayat yang menyebutkan pernyataan seperti ini banyak sekali.
2. Ulama mereka yang bernama Al Karmani telah berkata di dalam buku “Ar-Raddu ‘ala Hasyim Assyami, halaman 13, cetakan Karman Iran”: “Telah terjadi perubahan kalimat, pemindahan dan pengurangan di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an yang sebenar-benarnya terpelihara hanyalah yang ada di tangan Al Qaaim (Imam ke- 12 yang ghaib) dan golongan Syi’ah sebenarnya hanyalah karena terpaksa membaca Al-Qur’an yang ada ini karena taqiyyah yang diperintahkan oleh keluarga Muhammad a.s”(imam-imam mereka).
Inilah dia I’tikad kaum Syi’ah terhadap Al-Qur’an dan demikianlah tertulis dalam buku-buku induk mereka serta bimbingan dari para Imam dan ulama mereka menjadi saksi pada diri mereka, sekalipun mereka menolak dan menutupi, dan sekalipun mereka menjadi panik dengan berbagai dalih dan taqiyyah, terkecuali mereka berlepas diri dari keyakinan mereka itu dan kitab-kitab induk mereka yang merupakan sumber-sumber kekufuran, kebejatan, dan kesesatan, kemudian dengan terus terang mengumumkan taubat mereka kepada Allah dan kembali kepada kebenaran dan jalan lurus – karena di luar kebenaran yang ada hanyalah kesesatan. Karena itu kemanakah kalian akan berpaling-

Sumber: old.gensyiah.com

0 komentar :

Posting Komentar