FATWA DAN PENDIRIAN ULAMA SUNNI TERHADAP AQIDAH SYI’AH
M. O. BAABDULLAH
(Ulama Terkemuka Dari Manarul Islam Bangil)
Wahai
kaum Muslimin – semoga anda diberi rahmat oleh Allah swt – berikut ini
marilah dicamkan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh para Imam dan Ulama
Islam, yang dengan pernyataan mereka yang tegas menyatakan kekafiran
Syi’ah Rafizhah Imamiah Itsna Asy’ariyah Ja’fariyah serta terhempasnya
mereka dari Islam laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Dalil
yang digunakan oleh para Ulama dalam menetapkan hukum tersebut adalah
dalil-dalil Qathi’, di mana golongan yang telah keluar dari Islam ini
sudah berbeda prinsip maupun detailnya serta konsep-konsepnya dari
Aqidah Ahlil Kiblat, yaitu Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, agar kaum muslimin
tidak terkecoh oleh mereka dan dengan secara jelas memahami golongan
yang telah keluar dari Islam ini serta aqidah-aqidahnya yang sesat.
Golongan
yang telah keluar dari Islam ini berusaha dengan berbagai macam cara
menyelubungi dirinya di balik slogan-slogan yang sesat, bahwa mereka
“masih termasuk Ahlil Kiblat” dengan mengerahkan kemampuan penulisan dan
propagandis bayaran mereka. Untuk dakwah dan propagandanya ini golongan
tersebut membelanjakan harta yang banyak sekali guna menjaring
orang-orang awam dan memasukkan mereka di dalam jebakannya. Golongan ini
terkadang mempergunakan slogan “demi persaudaraan Islam”, padahal
mereka adalah manusia yang paling jauh dari Islam dan pengikutnya.
Terkadang pula mereka menggunakan slogan “sambung rasa” antara golongan
Sunnah dan Syi’ah. Tetapi bagaimana mungkin dan kapan bisa terjadi
adanya “sambung rasa” antara yang hak dengan yang bathil. Prinsip apa
yang akan digunakan untuk membangun persatuan antara yang baik dengan
yang buruk. Bagaimana bisa berhasil mempertemukan serta terjadinya
kesepakatan antara hidayah dan kesesatan?. Dan terkadang di tampilkan
slogan “apakah boleh mengkafirkan golongan sesama satu Kiblat?”
Slogan-slogan tersebut memang benar, tetapi dimanipulasi untuk tujuan
bathil. Sebab Ahlil Kiblat tidak akan berdusta atas nama Allah dan tidak
menyatakan sesuatu pernyataan seperti yang dikatakan oleh golongan
Syi’ah, bahwa Karbala, Qom, Kufah lebih mulia daripada kota Makkah dan
Madinah. Ahlil Kiblat tidak akan mengatakan “barangsiapa pergi haji 20
kali ke Makkah tertulis pahalanya senilai dengan sekali pergi ziarah ke
kuburan Husein”. Ahlil Kiblat tidak akan berkeyakinan bahwa “Allah
menyaksikan para pengunjung kuburan Husein sebelum menyaksikan para Haji
di Arafah”. Ahlil Kiblat tidak akan berdusta atas nama Allah
sebagaimana diucapkan dan menjadi keyakinan golongan Syi’ah, bahwa Allah
berkata kepada Ka’bah: “Pemberian-Ku kepadamu bila dibandingkan dengan
pemberian-Ku kepada bumi Karbala adalah laksana kelembaban sebuah jarum
yang dicelup dalam laut berbanding dengan air laut itu. Sekiranya tidak
karena bumi Karbala, niscaya Aku tidak memuliakanmu dan sekiranya tidak
karena orang yang terkubur di bumi Karbala, niscaya Aku tidak
menciptakanmu.”
Bualan
dan kebohongan yang berjejal ditulis oleh seorang ulama Syi’ah Rafizhah
Istna Asy’ariyah Ja’fariyah, bernama Al Hurru Al ‘Amili di dalam
bukunya “Wassailus Syi’ah” jilid v, niscaya Ahlul Kiblat tidak
akan mengucapkannya, dan tidak mungkin diucapkannya. Akan tetapi
orang-orang yang mengatakan dan mempercayai bualan serta kebohongan
semacam ini dan kesesatan seperti itu adalah golongan Syi’ah Rafizhah
Imamiyah. Karena mereka memang bukan Ahlil Kiblat dan sama sekali tidak
ada hubungannya dengan Islam dan umatnya.
Wahai
kaum Muslimin – semoga anda diberi rahmat oleh Allah swt. Demi memahami
dan mengerti dengan jelas masalah Syi’a Rafizhah Imamiyah Itsna
Asy’ariyah Ja’fariyah, maka di dalam sajian ini kami akan ketengahkan
keyakinan Syi’ah terhadap Al-Qur’an. Bahwa menurut mereka Al-Qur’an
telah diubah, telah ditambah dan dikurangi. Sedangkan Al-Qur’an yang
asli sesungguhnya ada ditangan juru selamat yang mereka khayalkan dan
ditunggu kedatangannya, dimana Al-Qur’an itu adalah tiga kali lebih
banyak daripada yang ada ditangan umat Islam. Mereka percaya bahwa
Imam-imam mereka mengetahui soal-soal ghaib, dan imam-imam itu baru bisa
mati bila mereka berkehendak untuk mati. Mereka itu adalah orang-orang
yang terpelihara dari segala kekurangan dan dosa, lebih mulia dari para
Nabi dan Rasul, mengetahui apa yang sudah terjadi dan apa yang akan
terjadi serta mengetahui segala isi surga dan neraka. Mereka menyatakan
dan berkeyakinan, bahwa para sahabat yang telah mendapat ridha Allah itu
setelah Rasulullah wafat semuanya murtad dari Islam, kecuali belasan
orang sahabat. Mereka berkeyakinan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman dan
para istri Rasulullah ‘Aisyah dan Hafsah serta sahabat Thalhah dan
Zubair serta orang-orang yang mengikuti mereka, (semoga Allah melindungi
kita) adalah orang-orang Zindiq dan kafir. Kebohongan, keyakinan dan
pernyataan kekafiran yang mengeluarkan orang dari Islam lagi sesat serta
menyesatkan semacam ini, mereka tulis didalam buku-buku induk mereka
dan menjadi prinsip-prinsip agama dan panduan mereka. Di antara
buku-buku yang telah menjadi kiblat mereka dan prinsip-prinsip agama
mereka kami jadikan sebagai bukti kepada mereka agar menjadi binasa
orang yang melawan bukti kebenaran dan menjadi selamat orang yang mau
mengikuti kebenaran. Allahlah pemberi petunjuk kepada jalan yang benar.
Wahai
kaum Muslimin, berikut ini adalah kepercayaan yang menjadi Aqidah
Syi’ah dan pernyataan yang tercantum di dalam buku-buku induk mereka.
Marilah kita mulai dengan mengkaji kepercayaan mereka terhadap
Al-Qur’an:
1.
Abu Abdullah a.s berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh jibril a.s kepada
Muhammad saw adalah tujuh belas ribu ayat”. (Al Kaafi fil Ushul, 2:634,
cetakan Teheran Iran).
2.
Dari padanya pula: “Pada pihak kami sungguh ada Mush-haf Fathimah a.s
dan tahukah mereka apa Mush-haf Fathimah itu? Jawabnya: “Mush-haf
Fathimah itu isinya tiga kali lipat dibanding dengan Al-Qur’an kalian
ini. Demi Allah, tidak satu pun huruf dari Al-Qur’an tersebut terdapat
dalam Al-Qur’an kalian”. (Al Kaafi fil Ushul, 1:240-241).
3.
Dari Jabir, dari Abu Ja’far a.s, ia berkata: “Saya bertanya: “Mengapa
Ali bin Abi Thalib dinamakan Amirul Mukminin?” Jawabnya: “Allah yang
menamakan demikian. Begitulah yang telah diturunkan di dalam kitab
Suci-Nya yaitu firman-Nya:
وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلىٰ اَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلِيْ وَأَنَّ عَلِيًّا أَمِيْرُالْمُؤْمِنِيْنَ.
Artinya: “Dan
ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari Bani Adam, dari punggung mereka
anak keturunan mereka dan Ia jadikan mereka saksi atas diri mereka
sendiri: Bukankah Aku ini Tuhan kamu dan Muhammad Rasul-Ku dan Ali
adalah Amirul Mukminin?” (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:437, cet. Teheran Iran).
4. Diriwayatkan pula, ia berkata : “Jibril turun membawa ayat ini kepada Muhammad dengan bunyi demikian:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلىٰ عَبْدِنَا فِيْ عَلِيٍّ فَأ ْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِنْ مِثْلِهِ.
Artinya: “Dan
jika kamu sekalian meragukan terhadap apa yang telah Kami turunkan
kepada hamba Kami tentang Ali, maka datangkanlah satu surat saja yang
serupa dengannya”. (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:417, cet. Teheran Iran).
5. Dari Abi Bashir, dari Abu Abdillah a.s tentang firman Allah:
مَنْ يُطِعِ آلله َوَرَسُوْلَهُ فِيْ وِلاَيَةِ عَلِيٍّ وَاْلأَئِمَّةِ بَعْدَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Artinya: “Dan
barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya didalam urusan kewalian Ali
dan para Imam sesudahnya, maka sesungguhnya ia memperoleh kemenangan
yang besar”, demikianlah ayat tersebut diturunkan”. (Al Kaafi Kitabul Hujjah, 1:414, cet. Teheran Iran).
Inilah
dia keyakinan kaum Syi’ah terhadap Al-Qur’an, suatu keyakinan kafir
lagi keluar dari Islam, laksana keluarnya anak panah dari busurnya,
sepercik dari yang banyak ini bisa anda temukan pada kitab-kitab induk
mereka yang terkenal, dari buku Al Kaafi karya Al Kulaini dari tafsir Al
Qummi dan buku Al Ihtijaj karya Thibrisi, buku Bashairud Darajaat karya
Shafar, dan Hayatul Qulub karya Al Majlisi, Tafsir Al Burhan karya Al
Bahrani dan tafsir Ash-Shafi karya Muhsin Al Kashi. Juga buku Fashlul
Khithab fi Itsbattahriifi Kitaabi Rabbil Arbaab karya ulama Syi’ah
bernama Mirza Taqiyyunnuuri At-Thibrisi, buku Al Anwar an-Nu’maniyah
karya Ni’matullah Al Jazairi, dan buku Kasyful Asrar karya Khumaini dan
lain-lain lagi. Tidak satu pun kitab dari buku-buku induk Syi’ah yang
menjadi pegangan mereka terlepas dari keyakinan yang merupakan identitas
mereka ini, mereka kaitkan keyakinan semacam itu kepada para imam
mereka yang mereka anggap ma’shum, anggapan yang penuh kepalsuan dan
kebohongan , dan mengada-ada atas nama Allah, dan para Aulianya. Para
Imam tersebut sebenarnya bersih dari kebohongan dan tipu daya yang
mereka lakukan itu. Keyakinan-keyakinan semacam itu tentang Al-Qur’an
sebagaimana tercantum penuh di dalam buku-buku induk Syi’ah, hanyalah
bisa dikatakan dan dipercayai oleh orang kafir lagi lepas dari Islam,
karena Allah telah berfirman di dalam Kitab Suci-Nya sebagai berikut:
1.
الم • ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Alif Lam Mim. Itulah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah: 1-2)
2.
لا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Artinya: ”
Tiada tersentuh oleh kebatilan di masanya dan tidak pula sesudahnya.
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42).
3.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: ” Sungguh Kami sendirilah yang menurunkan Adz-Dzikir ini dan sungguh Kami sendiri yang memeliharanya, (Al Hijr: 9).
Ayat-ayat
yang terang lagi jelas ini, seterang matahari di siang bolong adalah
menjadi bukti yang jelas lagi mendasar, bahwa Al-Qur’an sungguh-sungguh
terjaga dan terpelihara. Penjaganya adalah Allah, Tuhan yang telah
menurunkan kebenaran tersebut. Dia menurunkannya untuk memberikan
penjelasan mengenai berbagai masalah dan sebagai petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman. Demikianlah kepercayaan Ahlul Kiblat,
yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan bukan kepercayaan orang-orang yang
mengaku-aku, sekalipun mereka dengan menggunakan seribu dalih dan
menghiasi pengakuan-pengakuan mereka itu dengan kata-kata manis dan
menarik agar barang dagangan mereka laris. Karena kitab-kitab mereka
sendiri telah mendustakan mereka dan menjadi “senjata makan tuan”.
Jika
golongan Syi’ah membantah dengan kata-kata: “Bagaimana bisa terjadi
begitu, padahal kami membaca Al-Qur’an yang sama seperti Al-Qur’an yang
ada dan kami melaksanakan hukum-hukumnya?” Kami menjawab, “Dari ucapanmu
sendiri kusumbat mulutmu dan dari tempat minummu kulepas dahagamu”.
Karena itu wahai golongan Syi’ah, dengarlah kata-kata yang diucapkan
oleh ulama kamu dan pemimpin kamu yang agung, Ni’matullah al Jazairi,
dalam bukunya yang tebal Al Anwar an-Nu’maniyah 2 hlm. 363-364, cetakan
Teheran, sebagai berikut:
1.
Ia berkata: Jika anda bertanya, mengapa (kami) dibenarkan membaca
Al-Qur’an ini, padahal ia telah mengalami perubahan?” Saya menjawab:
“Telah diriwayatkan di dalam banyak riwayat bahwa mereka (para imam
Syi’ah) menyuruh golongan mereka untuk membaca Al-Qur’an yang ada di
tangan umat Islam di waktu shalat dan lain-lain dan melaksanakan
hukum-hukumnya sampai kelak datang waktunya pemimpin kita, Shahibuz
Zaman, muncul lalu menarik dari beredarnya Al-Qur’an yang ada di tengah
umat Islam ini ke langit dan mengeluarkan Al-Qur’an yang dahulu disusun
oleh Amirul Mukminin as, lalu Al-Qur’an inilah yang dibaca dan di
amalkan hukum-hukumnya”. Riwayat-riwayat yang menyebutkan pernyataan
seperti ini banyak sekali.
2.
Ulama mereka yang bernama Al Karmani telah berkata di dalam buku
“Ar-Raddu ‘ala Hasyim Assyami, halaman 13, cetakan Karman Iran”: “Telah
terjadi perubahan kalimat, pemindahan dan pengurangan di dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an yang sebenar-benarnya terpelihara hanyalah yang ada
di tangan Al Qaaim (Imam ke- 12 yang ghaib) dan golongan Syi’ah
sebenarnya hanyalah karena terpaksa membaca Al-Qur’an yang ada ini
karena taqiyyah yang diperintahkan oleh keluarga Muhammad a.s”(imam-imam
mereka).
Inilah
dia I’tikad kaum Syi’ah terhadap Al-Qur’an dan demikianlah tertulis
dalam buku-buku induk mereka serta bimbingan dari para Imam dan ulama
mereka menjadi saksi pada diri mereka, sekalipun mereka menolak dan
menutupi, dan sekalipun mereka menjadi panik dengan berbagai dalih dan
taqiyyah, terkecuali mereka berlepas diri dari keyakinan mereka itu dan
kitab-kitab induk mereka yang merupakan sumber-sumber kekufuran,
kebejatan, dan kesesatan, kemudian dengan terus terang mengumumkan
taubat mereka kepada Allah dan kembali kepada kebenaran dan jalan lurus –
karena di luar kebenaran yang ada hanyalah kesesatan. Karena itu
kemanakah kalian akan berpaling-Sumber: old.gensyiah.com
0 komentar :
Posting Komentar