TANDA QIYAMAH KUBRO (KIAMAT BESAR) : YA’JUJ WA MA’JUJ
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Setelah pada pertemuan lalu, beberapa kali kita bahas tentang Imaam
Mahdi, tentang turunnya Dajjal, tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام,
maka berikut ini kita bahas tentang Ya’juj wa Ma’juj. Bahasan ini tidak kalah penting, karena juga akan menjadi Fitnah Besar bagi kaum muslimin di akhir zaman.
Dari Kitab Asyrootussaa’ah (Tanda-Tanda Hari Kiamat), tentang Ya’juj wa Ma’juj akan dibahas menjadi berbagai perkara, yaitu:
1. Mengenal apa itu Ya’juj wa Ma’juj, sampai dengan penamaannya,
2. Nasabnya,
3. Dalil-dalilnya,
4. Bagaimana ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah meyakini atas masalah Ya’juj wa Ma’juj,
5. Di mana dan kapan Ya’juj wa Ma’juj akan muncul,
6. Apakah mereka sekarang sudah ada,
7. Bahaya mengingkari Ya’juj wa Ma’juj,
8. Keadaan manusia setelah munculnya Ya’juj wa Ma’juj.
Mengenal Ya’juj wa Ma’juj
Menurut pendapat para ‘Ulama Ahlus Sunnah, bahwa istilah Ya’juj wa Ma’juj bisa dibaca dengan dua cara yaitu Yaajuj wa Maajuj (ياجوج وماجوج).
Atau dibaca dengan cara Bacaan ‘Aasim, yaitu Qiroo’at Hafs ‘an ‘Aasim: Ya’juj wa Ma’juj (يأجوج ومأجوج), yang biasa dilakukan oleh Jumhur para qoori’at pada umumnya dari Asia, termasuk Indonesia dan Malaysia.
Sehingga dalam Al Qur’an pun, menurut Jumhur para ahli Qiroo’at, membacanya seperti tersebut terakhir di atas.
Dari mana munculnya kata “Ya’juj wa Ma’juj”, maka menurut para ‘Ulama Ahlus Sunnah ada dua pendapat:
Pertama, pendapat bahwa istilah (kata) Ya’juj wa Ma’juj bukan kata Arab, melainkan dari luar bahasa Arab, tetapi sudah “di-Arabkan”. Dalam bahasa Arab, yang demikian itu disebut: Ghoir Munsyarif (غير منصرف).
Artinya, bahwa kata Ya’juj wa Ma’juj bukan dari bahasa Arab.
Tetapi harus kita ketahui, bahwa seluruh kata yang sudah dimasukkan
ke dalam Al Qur’an oleh Allooh سبحانه وتعالى melalui firman-Nya, maka
itu disebut Mu’arrobah (معربة) (– sudah dimasukkan ke dalam bahasa Arab –), lalu itu disebut Ghoir Munsyarif.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj wa Ma’juj” berasal dari kata Arab, dan bisa ditelusuri kronologis dari kata tersebut. Diantara mereka ada yang menyarikan dan mencarikan, lalu kata mereka: Kata “Ya’juj wa Ma’juj” berasal dari kata Ajij (Ajiiju an naar) (أجيج النر) – Ajiij artinya: “Api yang sedang bergejolak dan berbunyi meledak-ledak”, disebut Iltihab (لهب والتهاب). Ujung api yang yang menjilat-jilat sedang bergejolak disebut: Lahab (لهب).
Menurut ‘Ulama Bahasa Arab yang lain, “Ya’juj” berasal dari kata “Ajaj” (أجج), artinya: “Air yang sangat asin”.
Ada lagi ‘Ulama yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj” berasal dari kata ‘”Ajja” (أجّ), artinya: “Musuh yang sangat cepat, tangkas, gesit”.
Ada lagi ‘Ulama yang mengatakan bahwa kata “Ya’juj” berasal dari kata Ajjatu (أجت) atau Ajjatun (أجة) – Ajjah (أجه), artinya: “Bercampur dan bergoncang”.
Manakah yang benar dari dua pendapat diatas, ternyata pendapat kedua yang mengatakan bahwa “Ya’juj wa Ma’juj” berasal dari Bahasa Arab adalah lebih kuat.
Hal ini, karena sesuai dengan Firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 94 :
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً
Artinya:
“Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj
itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara kami dan mereka?”
Maka “Ya’juj wa Ma’juj’ adalah makhluk Allooh سبحانه وتعالى, tidak bisa dikatakan dengan kata lain, yang Allooh سبحانه وتعالى jadikan sebagai Fitnah bagi manusia yang hidup di akhir zaman,
sebagai tanda bahwa hari Kiamat semakin segera terjadi, dan mereka
ternyata keluar dari antara dua bukit, mereka terbendung di dalamnya,
mereka akan keluar jika Allooh سبحانه وتعالى sudah menentukan waktunya.
Nasab dari Ya’juj wa Ma’juj
Menurut kata para ‘Ulama, Ya’juj wa Ma’juj adalah keturunan Nabi Adam عليه السلام. Berarti mereka adalah manusia. Kakeknya bernama Yafits bin Nuh.
Sedangkan Nabi Nuh عليه السلام adalah keturunan Nabi Adam عليه السلام.
Antara Nabi Nuh عليه السلام dan Nabi Adam عليه السلام adalah sekian
generasi, dan Nabi Nuh عليه السلام mempunyai anak bernama Yafits.
Demikian dijelaskan oleh Imaam Ibnu Hajar Al Asqolaany رحمه الله dalam Kitab beliau berjudul Fathul Baari.
Tentu pernyataan diatas perlu dengan landasan (daliil).
Ya’juj wa Ma’juj adalah manusia, mereka
saat ini dikepung oleh dua bukit, dan menurut Rosuulullooh صلى الله عليه
وسلم sekarang mereka itu sudah ada.
Dalam Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory no:
4741, dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه, beliau berkata
bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا آدَمُ يَقُولُ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيُنَادَى بِصَوْتٍ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إِلَى النَّارِ قَالَ يَا رَبِّ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ – أُرَاهُ قَالَ – تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَامِلُ حَمْلَهَا وَيَشِيبُ الْوَلِيدُ {وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ} فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ ثمَّ أَنْتُمْ فِي النَّاسِ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَبْيَضِ ، أَوْ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ وَإِنِّي لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا
Artinya:
“Allooh pada Hari Kiamat akan berfirman kepada Adam عليه السلام: “Wahai Adam.”
Lalu Adam عليه السلام menjawab, “Labbaika wa sa’daika wahai Robb kami.”
Kemudian terdapat seruan yang menyerukan dengan suara, “Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى memerintahkanmu agar mengeluarkan dari turunanmu utusan untuk masuk ke dalam api neraka.”
Kata Nabi Adam عليه السلام: “Ya Allooh, apa yang dimaksud dengan utusan menuju ke neraka itu?”
Allooh سبحانه وتعالى menjawab: “Dari setiap seribu, ada
999 ke neraka dan satu ke surga. Pada saat itu, orang yang hamil akan
melahirkan kandungannya dan anak kecil akan beruban. Kamu akan melihat bahwa manusia berada dalam keadaan mabuk (kalang-kabut, kacau), padahal mereka bukan orang mabuk, karena mereka melihat adzab Allooh yang sangat dahsyat.”
Maka yang demikian itu menyebabkan para Shohabat merasa kesulitan dan wajah mereka berubah.
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Dari Ya’juj wa
Ma’juj 999 dan 1 dari kalian. Adapun kalian ditengah-tengah manusia
bagaikan rambut hitam dalam bulu singa yang putih atau bulu putih dalam
bulu harimau yang hitam. Dan sungguh aku berharap dari kalian menjadi ¼
penghuni surga.”
Maka kami bertakbir. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan 1/3.”
Maka kami bertakbir. Kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Bahkan ½ penghuni surga.”
Maka kami pun bertakbir.
Dalam keadaan seperti itu, digambarkan oleh Allooh سبحانه
وتعالى, bahwa manusia ketika Hari Kiamat akan seperti orang yang mabuk,
tidak sadar, sampai-sampai orang yang sedang hamil mendadak melahirkan
bayinya dan anak yang masih bayi kepalanya sudah beruban. Hal itu karena
saking dahsyatnya kejadian pada hari Kiamat tersebut.
Oleh karena itu, kita harus takut kepada Allooh سبحانه وتعالى agar
tidak mengalami kedahsyatan seperti itu. Marilah kita antisipasi sejauh
mungkin, agar Allooh سبحانه وتعالى melindungi kita dari adzab (siksa)
seperti digambarkan diatas.
Dalam Hadits selanjutnya dikatakan:
فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَمِئَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ
Artinya:
Maka yang demikian itu menyebabkan para Shohabat merasa kesulitan dan wajah mereka berubah (– ketakutan – pent.).
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Dari Ya’juj wa Ma’juj 999 dan 1 dari kalian…”
Maka kalau dilihat dari perbandingannya (999 : 1), yang akan dimasukkan ke dalam neraka oleh Allooh سبحانه وتعالى adalah 999 dari kalangan Ya’juj wa Ma’juj, sedangkan yang masuk ke surga adalah 1 (satu). Itulah yang difirmankan oleh Allooh سبحانه وتعالى kepada Nabi Adam عليه السلام. Ini menunjukkan bahwa nasabnya Ya’juj wa Ma’juj adalah dari keturunan Nabi Adam عليه السلام. Berarti, menurut Hadits yang Shohiih, diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim bahwa Ya’juj wa Ma’juj adalah dari kalangan anak-cucu Nabi Adam عليه السلام, keturunan manusia.
Dalil-dalil akan munculnya Ya’juj wa Ma’juj
Tentang akan terjadi dan munculnya Ya’juj wa Majuj banyak dalil dari Al Qur’an maupun Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Antara lain adalah :
Dalam Surat Al Kahfi (18 ) ayat 93 – 99 :
Ayat 93 :
حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْماً لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً ﴿٩٣﴾
Artinya:
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.”
Ayat 94 :
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً ﴿٩٤﴾
Artinya:
“Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Keterangan Ulama atas ayat tersebut: “Bahwa ada dua buah gunung dan di antara dua gunung itu dibuat tembok (bendungan) sampai di atas puncak gunung itu dan dibuatkan pula pagar besi untuk mengurung Ya’juj wa Majuj. Dan itu merupakan kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى.”
Apakah sekarang sudah ditemukan bendungan itu ataukah belum,
ditemukan ataukah tidak; kita harus beriman (percaya) kepada firman
Allooh سبحانه وتعالى itu.
Ayat 95 :
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْماً ﴿٩٥﴾
Artinya:
“Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Robb-ku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.”
Ayat 96 :
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَاراً قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْراً ﴿٩٦﴾
Artinya:
“Berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih), agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Ayat 97 :
فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْباً ﴿٩٧﴾
Artinya:
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.”
Ayat 98 :
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَاء وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاء وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً ﴿٩٨﴾
Artinya:
Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari
Robb-ku, maka apabila sudah datang janji Robb-ku, Dia akan menjadikannya
hancur luluh; dan janji Robb-ku itu adalah benar“.
Ayat 99 :
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعاً ﴿٩٩﴾
Artinya:
“Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu
dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan
mereka itu semuanya.”
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Ya’juj wa Ma’juj sekarang
ini sedang dalam posisi terkurung, mereka tidak bisa keluar dari
kurungan tersebut. Tetapi ada lobang di dinding kurungan itu dan lobang
itu setiap hari bertambah besar, tetapi Ya’juj wa Ma’juj itu belum bisa keluar. Keluarnya mereka itu adalah kelak, apabila telah datang janji Allooh سبحانه وتعالى. Kalau janji itu belum datang, maka mereka tidak akan bisa keluar.
Dalil berikutnya adalah pada Surat Al Anbiyaa’ (21) ayat 96 – 97 :
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ ﴿٩٦﴾ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ ﴿٩٧﴾
Artinya:
(96) “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”
(97) “Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit),
maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kaafir. (Mereka
berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam
kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzolim.”
Dalam Hadits riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3346 dan Imaam Muslim no:
2880, dari Ummu Habibah bintu Abi Sofyan رضي الله عنها, dari Zainab
bintu Jahsy رضي الله عنها (isteri Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم),
berkata bahwa suatu hari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memasuki rumah,
beliau kemudian bersabda:
عن أم حبيبة عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ – رضى الله عنهن أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا قَالَتْ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخُبْثُ
Artinya:
“Laa illaaha ilallooh” (tidak ada yang berhak di-ibadahi kecuali Allooh سبحانه وتعالى), celakalah bagi orang Arab dari suatu kejahatan, telah semakin mendekat hari ini, telah dibuka lobang Ya’juj wa Ma’juj selebar ini.” Sambil beliau membuat bulatan dengan ibu jari dan telunjuk beliau صلى الله عليه وسلم.
Kemudian isteri beliau صلى الله عليه وسلم (Zainab bintu Jahsy رضي الله عنها) berkata: “Wahai Rosuulullooh, apakah mungkin Allooh akan membinasakan kita, padahal di tengah-tengah kita ini banyak orang-orang shoolih?”.
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Ya, akan dibinasakan kalau di tengah-tengah kalian semakin banyak perbuatan ma’shiyat dan perbuatan merusak”.
Berdasarkan hadits tersebut, janganlah lalu kita mengatakan bahwa: “Indonesia adalah mayoritas kaum muslimin, tetapi mengapa Allooh سبحانه وتعالى masih juga mendatangkan musibah? Bukankah ini umat-Nya. Apakah Allooh سبحانه وتعالى tidak sayang kepada mereka?”
Hadits tersebut lah merupakan jawabannya. Bahwa Zainab رضي الله عنها
sendiri pun pernah bertanya kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
tentang hal semacam itu. Bahwa kemunkaran itu telah semakin menyebar
ditengah-tengah orang shoolih, lalu siapakah yang bertanggungjawab pada
saat seperti itu? Keadaan semakin pelik dan rumit, karena syaithoon
bersembunyi, ia tidak mau bertanggungjawab. Orang-orang yang mengaku
sebagai wakilnya syaithoon juga mengelak untuk bertanggungjawab. Semua
pihak pada masa itu saling salah-menyalahkan. Pihak yang satu
menyalahkan pihak yang lainnya. Yang ada adalah semuanya menjerumuskan.
Maka hendaknya kita tidak boleh terlena, hendaknya kita sadar bahwa
kema’shiyatan itu sudah menyebar dan tumbuh, serta ada yang
mempeloporinya dan kita harus tumpas semaksimal mungkin. Karena
akibatnya akan menimpa kepada kita, yaitu orang-orang shoolih pun akan
turut dibinasakan oleh Allooh سبحانه وتعالى apabila perbuatan ma’shiyat
telah menyebar dimana-mana. Na’uudzu billaahi min dzaalik !
Hadits tersebut diatas menjelaskan kepada kita bahwa lobang keluarnya Ya’juj wa Ma’juj
pada zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم (1429 tahun lalu) sudah
dibuka oleh Allooh سبحانه وتعالى, dan lobang itu sudah sebesar lingkaran
dari ibu jari dan telunjuk. Mungkin sekarang sudah semakin besar dan
suatu saat nanti mereka akan bisa keluar dari lobang tersebut, maka
itulah jadwalnya Ya’juj wa Ma’juj keluar.
Ada lagi berikut ini, sebuah hadits yang panjang. Dalam Hadits Shohiih Riwayat
Imaam Muslim no: 2937, dari Shohabat An Nuwwas bin Sam’an رضي الله عنه,
beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
… فبينما هو كذلك إذ بعث الله المسيح ابن مريم فينزل عند المنارة البيضاء شرقي دمشق بين مهرودتين واضعا كفيه على أجنحة ملكين إذا طأطأ رأسه قطر وإذا رفعه تحدر منه جمان كاللؤلؤ فلا يحل لكافر يجد ريح نفسه إلا مات ونفسه ينتهي حيث ينتهي طرفه فيطلبه حتى يدركه بباب لد فيقتله ثم يأتي عيسى ابن مريم قوم قد عصمهم الله منه فيمسح عن وجوههم ويحدثهم بدرجاتهم في الجنة فبينما هو كذلك إذ أوحى الله إلى عيسى إني قد أخرجت عبادا لي لا يدان لأحد بقتالهم فحرز عبادي إلى الطور ويبعث الله يأجوج ومأجوج وهم من كل حدب ينسلون فيمر أوائلهم على بحيرة طبرية فيشربون ما فيها ويمر آخرهم فيقولون لقد كان بهذه مرة ماء ويحصر نبي الله عيسى وأصحابه حتى يكون رأس الثور لأحدهم خيرا من مائة دينار لأحدكم اليوم فيرغب نبي الله عيسى وأصحابه فيرسل الله عليهم النغف في رقابهم فيصبحون فرسى كموت نفس واحدة ثم يهبط نبي الله عيسى وأصحابه إلى الأرض فلا يجدون في الأرض موضع شبر إلا ملأه زهمهم ونتنهم فيرغب نبي الله عيسى وأصحابه إلى الله فيرسل الله طيرا كأعناق البخت فتحملهم فتطرحهم حيث شاء الله ثم يرسل الله مطرا لا يكن منه بيت مدر ولا وبر فيغسل الأرض حتى يتركها كالزلفة …
Artinya:
Kemudian ‘Isa bin Maryam عليه السلام mendatangi suatu kaum yang
dilindungi oleh Allooh سبحانه وتعالى dari Dajjal, lalu ‘Isa bin Maryam
عليه السلام mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka
mengenai derajat mereka di surga. Ketika ‘Isa bin Maryam عليه السلام
dalam keadaan begitu, Allooh سبحانه وتعالى mewahyukan kepadanya,
“Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak
terkalahkan oleh siapa pun. Karena itu selamatkanlah hamba-hamba-Ku yang
shoolih ke bukit.”
Kemudian Allooh سبحانه وتعالى mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj (mereka turun ke segala penjuru dari tempat yang tinggi (Al Anbiyaa’ ayat 96). Kelompok mereka yang pertama kali melewati telaga Thabariyyah / Thiber, kemudian mereka meminum airnya hingga habis. Kelompok mereka yang akhir lewat pula, lalu mereka mengatakan, “Sungguh di tempat ini dulu ada air.”
Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya terkepung, sehingga pada
saat itu sebuah kepala sapi lebih berharga bagi mereka daripada uang
seratus dinar sekarang ini. Nabi ‘Isa bin Maryam عليه السلام dan para
Shohabatnya berdo’a agar Allooh menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj beserta
pengikutnya. Lalu Allooh menimpakan kepada mereka penyakit hidung
seperti yang melanda hewan, sehingga mereka mati semuanya.
Kemudian Nabi ‘Isa عليه السلام dan para Shohabatnya tiba di suatu
tempat di bumi. Mereka tidaklah mendapati sejengkal tanah melainkan
penuh dengan bangkai-bangkai busuk, maka Nabi ‘Isa عليه السلام dan para
pengikutnya berdo’a kepada Allooh Azza Wa Jalla. Sehingga, Allooh
mengutus burung-burung sebesar punuk onta yang membawa bangkai-bangkai
manusia tersebut, untuk dibuang di tempat yang dikehendaki oleh Allooh
Azza Wa Jalla.
Kemudian Allooh menurunkan hujan yang menyirami setiap rumah di kota
dan di desa, sehingga bumi menjadi bersih setelah tersiram hujan.
Dalam riwayat lain dikatakan :
“Sampai Ya’juj wa Ma’juj itu berjalan menuju
gunung yang bernama Khomar yang berada di Baitul Maqdis, dan mereka
(Ya’juj wa Ma’juj) berkata: “Kita sudah membunuh semua orang yang ada di
bumi ini, maka mari kita bunuh orang-orang yang ada di langit. Lalu
dengan berlumuran darah apa yang mereka lemparkan ke langit itu, Allooh kembalikan ke bumi.”
Itulah sekian banyak dalil yang bisa disampaikan, bahwa ada Ya’juj wa Ma’juj.
Mereka berasal dari manusia, fitnahnya sangat besar, merusak, sekarang
sudah hidup dalam kurungan. Lobang dinding kurungannya itu sekarang
sudah besar, bahkan pada zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lobangnya
sudah sebesar lingkaran antara ibu jari dan telunjuk. Sekarang tinggal
menunggu waktunya saja. Mereka akan keluar apabila Allooh سبحانه وتعالى
sudah kehendaki, yakni ketika mendekati hari Kiamat.
Itulah keterangan Al Qur’an dan Hadits tentang Ya’juj wa Majuj, kita tidak boleh ragu atas kebenaran akan munculnya Ya’juj wa Ma’juj. Karena siapa yang mengingkarinya, berarti ingkar terhadap Al Qur’an dan Sunnah yang shohiih.
Bagaimana ‘Ulama Ahlus Sunnah meyakininya.
Para ‘Ulama Ahlus Sunnah mengatakan: Wajib hukumnya mengimani apa saja yang diberitakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم serta shohiih periwayatannya
dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu. Apakah hal itu bisa kita
saksikan ataukah tidak bisa kita saksikan. Semua berita dari
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah benar adanya. Apakah hal itu,
kita bisa mencernanya dengan akal ataukah tidak. Meskipun kita tidak
bisa mendalami hakikat maknanya, sebagaimana riwayat tentang Isro’ wal Mi’roj, tetap wajib bagi kita untuk meng-imaninya.
Kata beliau ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, “Walaupun kita tidak bisa mencerna dengan akal kita, kalau berita itu sudah shohiih kepada kita, maka kita wajib meng-imaninya.”
Demikian kata Imaam Ibnu Qudamah رحمه الله.
Sampai pada perkataan beliau رحمه الله: “Diantaranya juga
tentang Tanda Hari Kiamat, seperti keluarnya Dajjal. Dajjal itu akan
keluar ke permukaan bumi, bisa kita terima dengan akal ataukah tidak,
kita harus percaya dan meng-imaninya bahwa Tanda-tanda itu akan terjadi.
Demikian pula turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, yang dulu oleh Allooh سبحانه وتعالى belum dimatikan kemudian diangkat ke langit, maka suatu hari kelak akan diturunkan kembali ke bumi oleh Allooh سبحانه وتعالى. Akal kita bisa mencernanya ataukah tidak, semuanya itu harus kita imani karena dalilnya benar dan semua itu dari Allooh سبحانه وتعالى. Begitu pula berita tentang munculnya Ya’juj wa Ma’juj.”
Ini bertalian dengan perkataan beliau sebelumnya bahwa apakah kita
bisa mencernanya dengan akal ataukah tidak, kita bisa menyaksikannya
ataukah tidak, namun kalau itu berasal dari apa yang diberitakan oleh
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka kita wajib membenarkannya. Itulah
menurut Imaam Ibnu Qudamah رحمه الله.
Adalah ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah bernama Al Qodhi ‘Iyyaadh mengatakan: “Hadits
yang mengatakan tentang Ya’juj wa Ma’juj, maka berita ini harus kita
sikapi dengan yang sebenarnya. Wajib bagi kita mengimaninya, karena
keluarnya Ya’juj wa Ma’juj itu adalah bagian dari Tanda hari Kiamat.
Telah terdapat berita tentang mereka, tidak seorangpun bisa membantah,
menyaingi atau meng-counter kepada kerusakan yang ditimbulkan oleh
Ya’juj wa Ma’juj, dari banyaknya jumlah mereka. Lalu mereka akan
mengejar orang-orang yang bersama Nabi ‘Isa عليه السلام, yang selamat dari Dajjal. Kemudian Nabi ‘Isa عليه السلام berdoa kepada Allooh سبحانه وتعالى agar mereka semuanya binasa, lalu Allooh سبحانه وتعالى mengirimkan ulat-ulat lalu Ya’juj wa Ma’juj mati, menjadi bangkai meninggalkan bau busuk di atas kulit bumi. Lalu Nabi ‘Isa عليه السلام dan para sahabatnya berdo’a kepada Allooh سبحانه وتعالى, lalu Allooh سبحانه وتعالى mengirim beribu-ribu burung yang memindahkan bangkai itu ketempat yang dikehendaki-Nya.”
‘Ulama Ahlus Sunnah Imaam As Safaariiny رحمه الله dalam Kitabnya “Lawaami’ul Al Anwaar”, beliau mengatakan: “Bahwa
akan keluarnya Ya’juj wa Ma’juj dari balik bendungan itu terhadap
manusia adalah benar. Karena yang demikian itu terdapat dalam Al Qur’an
dan berita dari Nabi صلى الله عليه وسلم, walaupun tidak bisa dicerna oleh akal, tetapi manusia wajib meyakininya.”
Tempat munculnya Ya’juj wa Ma’juj.
Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi (18) ayat 93 – 99 seperti disebutkan diatas, sekarang mereka (Ya’juj wa Ma’juj) itu masih terkurung karena apa yang telah diperbuat oleh Dzulqornain
sejak zamannya, dan sampai sekarang belum ada yang menemukan tempat
(lokasinya) karena memang belum saatnya. Tetapi bila sudah sampai
saatnya, tentu akan terjadi seperti di firmankan oleh Allooh سبحانه
وتعالى dalam surat tersebut.
Kalau sudah sampai saatnya, seperti disebutkan dalam Surat Al Kahfi (18) ayat 90:
حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتْراً
Artinya:
“Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur)
dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak
menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari
itu.”
Menurut Imaam Ibnu Katsir “sebelah timur” itu dimana adalah tidak dijelaskan, maka serahkan saja kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Waktu munculnya Ya’juj wa Ma’juj.
Dalam Surat Al Kahfi (18) ayat 98 - 99 dan seterusnya Allooh سبحانه وتعالى berfirman :
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّي فَإِذَا جَاء وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاء وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً ﴿٩٨﴾ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعاً ﴿٩٩﴾
Artinya:
(98) “Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Robb-ku, maka apabila sudah datang janji Robb-ku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Robb-ku itu adalah benar“.
(99) Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu
dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan
mereka itu semuanya.”
Jadi akan terjadi beberapa tahap :
1. Muncul Dajjal.
2. Datang Nabi Isa bin Maryam, Dajjal mati.
3. Nabi Isa hidup bersama para sahabatnya, dan kaum muslimin yang selamat dari Dajjal,
4. Muncul Ya’juj wa Ma’juj.
5. Ya’juj wa Ma’juj dibinasakan oleh Allah subhanahu wata’ala,
6. Terjadi tiupan Sangkakala oleh Malaikat Isrofil.
7. Terjadi Kiamat.
Lobang Ya’juj wa Ma’juj yang disebut-sebut diatas sekarang berada di mana? Sekarang sudah ada atau belum?
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imaam At Turmudzy no: 3153 dan di-shohiihkan
oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dan Hadits yang diriwayatkan oleh
Imaam Ibnu Maajah, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى
الله عليه وسلم menjelaskan tentang bendungan (dinding) dimana Ya’juj wa Ma’juj tersebut dikurung. Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda :
أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم في السد قال يحفرونه كل يوم حتى إذا كادوا يخرقونه قال الذي عليهم ارجعوا فستخرقونه غدا فيعيده الله كأشد ما كان حتى إذا بلغ مدتهم وأراد الله أن يبعثهم على الناس قال للذي عليهم ارجعوا فستخرقونه غدا إن شاء الله واستثنى قال فيرجعون فيجدونه كهيئته حين تركوه فيخرقونه فيخرجون على الناس فيستقون المياه ويفر الناس منهم فيرمون بسهامهم في السماء فترجع مخضبة بالدماء فيقولون قهرنا من في الأرض وعلونا من في السماء قسرا وعلوا فيبعث الله عليهم نغفا في أقفائهم فيهلكون فو الذي نفس محمد بيده إن دواب الأرض تسمن وتبطر وتشكر شكرا من لحومهم
Artinya:
“Mereka itu setiap hari menggali lobang, ketika hampir terjadi
lobang, kata mereka yang ada diatasnya: “Pulanglah, besok lagi kita
kerjakan.”
Lalu Allooh kembalikan lobang itu lebih daripada keadaan semula,
sehingga jika sampai waktu mereka dan Allooh menghendaki untuk
membangkitkan mereka pada manusia, berkatalah orang yang tadi mengatakan
“Pulanglah, besok lagi kita kerjakan, insyaa Allooh.”
Maka mereka pun kembali dan menemui lobang itu seperti mereka ketika
mereka tinggalkan. Kemudian mereka melobangi lagi, sehingga mereka dapat
keluar dan meminum air dan manusia pun lari dari mereka, lalu Ya’juj
wa Ma’juj melempari mereka dengan tombak dari langit sehingga tombak itu
berlumuran darah dan mengatakan, “Kita telah berhasil mengalahkan penghuni bumi, sebagaimana kita telah berhasil menaklukkan yang di langit.” Ungkap mereka dengan sombong.
Sehingga Allooh سبحانه وتعالى kirimkan pada mereka ulat-ulat sehingga membinasakan semua Ya’juj wa Ma’juj.
“Maka demi yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya binatang bumi (– ulat-ulat — pent.) gemuk, bangga dan bersyukur kepada Allooh سبحانه وتعالى karena daging mereka.”
Kata Imaam Ibnu Hajar Al Asqolaany رحمه الله, dalam hadits tersebut dalam kitab Fathul Baari, beliau menukil perkataan Ibnul ‘Arobi رحمه الله, seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah (– yang dimaksud disini bukanlah Ibnu ‘Arobi, orang Sufi yang meyakini tentang Wihdatul Wujuud, yang jelas-jelas bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah – pent.).
Yang dimaksud adalah Imaam Ibnul ‘Arobi رحمه الله, beliau adalah orang Yaman, seorang Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, dimana beliau berkata:
“Dalam Hadits tersebut terdapat tiga kebesaran Allooh سبحانه وتعالى:
1. Allooh سبحانه وتعالى telah memberikan mereka jalan untuk terus menerus, siang-malam melobangi bendungannya, tetapi tidak berhasil.
2. Allooh سبحانه وتعالى menghalangi akal mereka untuk naik, supaya membuat tangga untuk melewati bendungan itu.
3. Allooh سبحانه وتعالى menghalangi mereka untuk mengatakan “Insya Allooh” sampai waktu yang ditentukan oleh Allooh سبحانه وتعالى. Sebab setelah berhasil “Insya Allooh”, mereka berhasil melobangi hingga bisa keluar bendungan.
Itu semuanya adalah kehendak Allooh سبحانه وتعالى.”
Demikianlah perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.
Bahaya mengingkari tentang Ya’juj wa Ma’juj.
Ingkar terhadap mereka adalah berbahaya, karena berkonsekuensi pada murtad (keluar dari Islam). Lihatlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Al An’aam (6) ayat 66-67 :
Ayat 66:
وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُل لَّسْتُ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ
Artinya:
“Dan kaummu mendustakannya (adzab) padahal adzab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”.
Ayat 67 :
لِّكُلِّ نَبَإٍ مُّسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rosuul-rosuul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.”
Berarti ada sebagian orang yang mendustakan berita tentang Ya’juj wa Ma’juj.
Dalam Surat Al Ankabut (29) ayat 47, Allooh سبحانه وتعالى memberikan isyarat :
… وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ ﴿٤٧﴾
Artinya:
“… Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir.”
Berarti kalau dikaitkan dengan ayat tentang Ya’juj wa Ma’juj yang tersebut dalam Surat Al Kahfi seperti diatas, dan sudah kita ketahui bahwa haditsnya adalah Shohiih riwayat
Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim, maka jika ada orang yang masih saja
mengingkarinya, maka ia telah kaafir. Berarti tidak boleh ada pada kita
keraguan, kita harus yakin dam meng-imani, karena semua itu bukan
urusan akal, melainkan sesuatu yang harus dibenarkan dalam hati kita.
Mengingkarinya berarti termasuk bagian konsekuensi keluarnya seseorang
dari Islam (Murtad).
Keadaan manusia setelah Ya’juj wa Ma’juj.
Setelah Ma’juj wa Ma’juj, manusia menjadi musnah. Dalam Hadits disebutkan bahwa setelah bangkai Ya’juj wa Ma’juj
dipindahkan oleh burung, dilempar ke lautan. Lalu bau bangkai menjadi
hilang, berikutnya Allooh سبحانه وتعالى menurunkan hujan. Sampai bersih
bumi ini dari bekas-bekas Ya’juj wa Ma’juj. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى memerintahkan kepada bumi : “Tumbuhlah kamu.”
Maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan semua menjadi menghijau, banyak
buah-buahan untuk dimakan, semuanya menjadi rindang, hingga susu unta
mencukupi untuk banyak orang. Susu sapi mencukupi sampai sekian banyak
kabilah orang. Dan susu kambing akan mencukupi sekian banyak keluarga.
Ketika mereka dalam keadaan demikian, Alloohسبحانه وتعالى mengirimkan
angin yang harum.
Sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam hadits selanjutnya adalah
bahwa setelah Allooh سبحانه وتعالى mengirim angin yang berbau harum
itu, maka Allooh سبحانه وتعالى akan mencabut nyawa-nyawa setiap mu’min
dan muslim, sehingga semuanya meninggal, tidak ada yang tersisa kecuali orang-orang jahat dan pada merekalah Hari Kiamat akan terjadi.
Kalau kita lihat dalam hadits tersebut diatas, ada isyarat bahwa setelah Ya’juj wa Ma’juj
musnah, ternyata masih ada kehidupan lagi di bumi. Bahkan setelah itu
tanah (bumi) menjadi subur, tumbuhan menjadi hijau, pohon pun menjadi
rindang dan orang-orangnya menjadi sejahtera, dan menjadi tidak butuh
kepada yang lain, kalau diberi tidak ada yang mau menerima karena harta
sudah melimpah di saat itu.
Semuanya itu adalah cerita dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,
yang memberitakannya kepada kita semua. Betapa Allooh سبحانه وتعالى
menghendaki apa yang terjadi di alam semesta ini. Itulah kekuasaan dari
Allooh سبحانه وتعالى, kewajiban kita adalah meng-imani dan meyakini, tidak boleh ada ragu-ragu, dan Ya’juj wa Ma’juj adalah bagian dari tanda Kiamat Besar. Setelahnya beberapa saat lagi akan terjadi Kiamat Besar.
Kesimpulan :
1. Urusan ‘Aqiidah adalah
urusan berita. Yaitu berita dari Allooh سبحانه وتعالى dan dari
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang harus disikapi dengan Iman.
Berbeda dengan urusan ilmu duniawi, yang harus rasional, harus empiris,
harus terbukti dengan diagnosa yang ketat. Sedangkan urusan ‘Aqiidah,
jika difirmankan oleh Allooh سبحانه وتعالى dan sudah disabdakan oleh
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dipahami dan dijelaskan oleh
para ‘Ulama, maka tidak boleh bagi kita untuk meragukannya. Apakah akal
manusia menerimanya atau tidak, ini adalah urusan dien.
2. Pelajaran penting dari Ya’juj wa Ma’juj tersebut diatas adalah betapa Allooh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa
untuk men-skenario perjalanan kehidupan manusia dan alam semesta di
dunia ini, selama sebelum Hari Kiamat terjadi. Semuanya itu adalah
kehendak Allooh سبحانه وتعالى. Kita tidak boleh protes karena
Allooh سبحانه وتعالى adalah Penguasa alam semesta. Yang kita tanyakan
adalah apa yang harus kita siapkan, ketika kita menghadap Allooh سبحانه
وتعالى. Karena setiap kita akan menghadap-Nya.
3. Ya’juj wa Ma’juj, Dajjal dan yang lainnya adalah
fitnah-fitnah yang sengaja Allooh سبحانه وتعالى buat untuk menjadi
fitnah bagi kita semua, agar kita semakin meningkat imannya, semakin
membaik, semakin mendekat kepada Allooh سبحانه وتعالى dan semakin beriman. Bukan untuk semakin kufur. Karena semua itu seperti dalam Surat Al Kahfi (18) ayat 7 adalah Ujian. Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Surat tersebut:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ﴿٧﴾
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”.
Demikianlah, mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى memasukkan kita ke
dalam golongan orang-orang yang beruntung, yang amalannya selalu baik
dan orang yang selalu mendapatkan Taufiq dan Hidayah dari Allooh سبحانه
وتعالى dan mengakhiri hidup kita ini dengan Husnul Khootimah.
TANYA JAWAB :
Pertanyaan:
Apakah keberadaan Ya’juj wa Ma’juj itu sama dengan keberadaan Dajjal, yang bersifat menyeluruh di muka bumi ?
Jawaban:
Benar, bahwa keberadaan Ya’juj wa Ma’juj adalah universal, di seluruh muka bumi. Seperti disebutkan diatas, jumlah mereka dengan manusia berbanding 999 kali (1 : 999). Alhamdulillah,
dengan Kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى, sejak zaman Zulkarnain hingga
sekarang belum terbuka. Tetapi kelak ketika terbuka, mereka tidak bisa
dilawan oleh manusia. Disebutkan di dalam hadits diatas, dalam sabda
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa Ya’juj wa Ma’juj tidak
bisa ditandingi dan disaingi, jumlah mereka tidak masuk akal, yaitu 999
berbanding 1. Oleh karena itu kelak akan ada Nabi yang melindunginya
yaitu Nabi ‘Isa عليه السلام. Bersama orang-orang yang tersisa akibat
terkena Fitnah Dajjal itu, lalu terjadi 3 proses seperti disebutkan
diatas yaitu:
Mereka berdoa lalu Ya’juj wa Ma’juj mati – mereka berdoa lalu
bangkai-bangkainya dibuang ke laut – mereka berdoa lalu turun hujan.
Semua itu adalah karena Nabi ‘Isa عليه السلام membunuh Dajjal itu adanya di Baitul Maqdis,
bukan berarti di negeri kita Indonesia tidak terjamah Dajjal. Dajjal
akan merebak ke seluruh muka bumi, termasuk Indonesia. Apalagi si Ya’juj wa Majuj yang berjumlah 999 kali lipat penduduk dunia. Walloohu a’lam.
Pertanyaan:
1. Apakah Nabi ‘Isa عليه السلام punya isteri dan anak ?
2. Sekarang beliau ditempatkan di langit yang keberapa ?
Jawaban:
1. Dari riwayat tentang Nabi ‘Isa عليه السلام baik dari Al
Qur’an maupun Hadits,tidak diceritakan apakah beliau عليه السلام punya
isteri dan anak. Ketika terakhir beliau عليه السلام di kejar-kejar oleh
Yahudi, usia beliau sekitar 33 tahun. Dan tidak ada riwayat bahwa beliau
عليه السلام berkeluarga.
2. Beliau di langit ke berapa, kalau kita ingat pada peristiwa
Isro’ – Mi’roj, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bertemu dengan Nabi ‘Isa
عليه السلام di langit ke-empat. Yang dimaksud langit ke langit itu
seperti apa, kita tidak tahu. Apakah seperti dijelaskan oleh Harun Yahya
bahwa yang dimaksud tujuh lapis langit itu berarti tujuh atmosfir? Itu
adalah Ta’wil. Kita tidak boleh percaya begitu saja dengan
Harun Yahya, karena hal itu tidak sesuai dengan penjelasan para ‘Ulama
Ahlus Sunnah. Walloohu a’lam.
Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud Dzulqarnain itu sama dengan yang diikenal oleh orang Barat sebagai Alexander The Great ?
2. Apakah Ya’juj wa Ma’juj berkembang-biak ?
Jawaban:
1. Hendaknya dipastikan oleh kita bahwa Dzulqarnain bukanlah Alexander The Great. Dilihat dari zamannya saja sudah berbeda. Dzulqarnain
sudah ada sejak sebelum Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sedang
Alexander baru zaman kemarin. Dan Dzulqarnain bukanlah Nabi, melainkan
seorang hamba Allooh سبحانه وتعالى yang shoolih, sebagaimana dijelaskan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah dalam banyak Kitab.
2. Tentang Ya’juj wa Ma’ju berkembang-biak atau tidak,
tidak ada penjelasan dari Allooh سبحانه وتعالى. Hanya dalam Hadits
dijelaskan bahwa jumlahnya kelak adalah 999 berbanding 1 dengan manusia
di bumi.
Pertanyaan:
Tentang bacaan Al Qur’an yang berbeda-beda, ada berapa macam (lagu) gaya bacaan Al Qur’an itu ?
Jawaban:
Tentang pembacaan (Qurroo’) Al Qur’an yang
caranya berbeda-beda. Dari segi bacaan Al Qur’an secara ringkasnya saja
dapat disebutkan ada 14 macam bacaan. Dilihat dari ke-shohiihannya, ada yang disebut Muttawatir, Shohiih, Dho’iif dan ada Qiroo’atun Saadzah (Nyeleneh, aneh).
Qiroo’atun Muttawatiroh ada 7 macam, yang Shohiih ada 10 macam. Kalau disebutkan sampai 14, itu adalah Qiroo’ah Saadzah (nyeleneh), tidak sesuai dengan Qiroo’ah yang Shohiihah.
Dan yang 7 macam itu termasuk yang paling terkenal dan dipakai di negara kita adalah yang disebut Qiroo’ah Hafs ‘An ‘Asim. Ada lagi Qiroo’ah yang lain seperti Qiroo’ah Ibnu Katsiir, Qiroo’ah Hamzah, Qiroo’ah Qolun, Qiroo’ah Wars, Qiroo’ah Qumbul, dll.
Qiroo’at-Qiroo’at itu menyebar di seluruh penjuru dunia. Dan itu boleh dipakai. Tetapi Qiroo’ah Dho’ifiah dan Saadzah tidak boleh dipakai.
Dasarnya adalah bahwa pembacaan (pengucapan, penggunaan bahasa Arab Fusha)
pada zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tidak hanya satu Kabilah,
melainkan banyak Kabilah, yang tentu satu sama lain berbeda cara (gaya)
membaca-nya. Dan itu dari sisi bacaan, bukan dari sisi substansi Al
Qur’an. Jangan keliru memahaminya.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Senin malam, 8 Rabbi’ul Akhir 1429 H - 14 April 2008
Sumber: ustadzrofii.wordpress.com
0 komentar :
Posting Komentar