Bismillah…
Pembahasan tentang otak kanan dan otak kiri bukan pembahasan yang
baru lagi. Bagi yang sudah pernah tahu, mungkin.. bisa membantu
mengoreksi tulisan ini dan bagi yang baru tahu, semoga bermanfaat.
Think Right diatas, bukan berarti menjawab pertanyaan dengan lebih memilih berpikir dengan otak kanan. Think right disini maksudnya adalah berfikir tepat.
((( tulisan dibawah ini sebagian besarnya saya sarikan dari buku “Right Brain – AM Rukky Santoso)))
Tentang Otak,
Secara biologis otak terbagi dalam tiga bagian besar yang terdiri
dari bagian otak kiri, bagian otak kanan, dan bagian otak kecil atau
otak bawah sadar.
Otak bagian kiri atau left cerebral hemisphere merupakan bagian otak yang bertugas berfikir secara kognitif dan rasional. Bagian ini memiliki karakteristik khas yang bersifat logis,
matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif, intelektial,
obyektif, dan mengontrol sistem motorik tubuh bagian kanan. Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
“]

Otak kanan, kiri dan otak keciL [bukan otak tengah lo ya!
Sebaliknya, bagian otak kanan atau right cerebral hemisphere adalah bagian otak yang berfikir
secara afektif dn relasional, memiliki karakter kualitatif, impusif,
spiritual, holistik, emotional, artistik, kreatif, subjektif, simbolis,
imajinatif, simultan, intuitif, fan mengontrol gerak motorik bagian
tubuh sebelah kiri. Bila terjadi kerusakan pada otak kanan
misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang
terganggu adalah kemampuan visual dan emosi.
Lalu dibagian agak kebawah, ada otak kecil [BUKAN
OTAK TENGAH] atau otak bawah sadar yang bertugas seperti mesin perekam
seluruh kejadian yang berlangsung dikehidupan kita. Otak kecil yang
bernama cerebellum ini sering kali mengagetkan kita dengan
memberikan informasi secara tiba tiba (refleks) mengenai sesuatu uag
tidak kita sadari sebelumnya, padahal sudah terekam didalam bagian bawah
sadar kita.
Zaman sekarang, Zaman Manusia Berfikir Dengan Otak Kiri
Sejak
awal tahun 60 an, muncul “Revolusi Kognitif” yaitu cara berfikir yang
terfokus pada hitungan HITUNGAN MATEMATIS, LOGIS, RASIONAL, lebih suka
mengungkapkan sesuatu secara VERBAL daripada simbol simbol dan pola
pemikiran yang sedang terjadi adalah pola dominasi otak kiri. Rasional
disini diartikan sebagai keadaan yang nyata, kasat mata, bisa dihitung
secara matematis dan logis. Pola berfikir kognitif ini menekankan bahwa
kehidupan itu adalah kecukupan dalam hal materi. Pola ini tidak
menginginkan kehidupan dalam bentuk rohani karena tidak nyata. Bagian
otak kiri tidak mampu berpikir dalam bentuk simbolik dan spiritual. Yang
mampu dipikirkan bagian ini hanyalah hal hal MATERIIL dan VERBAL.
Pola pendidikan yang saat menitik beratkan pada HASIL, TARGET TARGET
berupa prestasi nilai tertinggi, gelar dan ijazah bukan pada PROSES,
kita memang diarahkan untuk menjadi makhluk materialistis padahal
hakikat kehidupan seutuhnya bukan hanya soal materi. Jadilah ilmu ilmu
eksak seperti matematika, fisika, kimia dianggap kunci utama menuju
kesuksesan yang cerah. cara belajar seperti ini membentuk seseorang
untuk
BERPIKIR
VERTIKAL yang bertahap dan hanya terarah pada satu tujuan tertentu yang
memang sudah dipolakan; cara berfikirnya terbatas. Berfikir seperti ini
memang efektif tapi kurang lengkap, kaku dan kurang berkembang. Dengan
berfikir vertikal, orang akan menghitung soal sebab dan akibat dengan
cara kuantitatif, matematis, angka angka,.. Padahal, akibat dan tanggung
jawab bisa datang secara kualitatif dan tak selalu matematis. Justru
karena inilah manusia jenis ini menjadi manusia yang lemah dan rapuh
karena melihat suatu kegagalan sebagai kegagalan yang absolut, kegagalan
yang akhir dari segalanya.
BERPIKIR
VERTIKAL yang bertahap dan hanya terarah pada satu tujuan tertentu yang
memang sudah dipolakan; cara berfikirnya terbatas. Berfikir seperti ini
memang efektif tapi kurang lengkap, kaku dan kurang berkembang. Dengan
berfikir vertikal, orang akan menghitung soal sebab dan akibat dengan
cara kuantitatif, matematis, angka angka,.. Padahal, akibat dan tanggung
jawab bisa datang secara kualitatif dan tak selalu matematis. Justru
karena inilah manusia jenis ini menjadi manusia yang lemah dan rapuh
karena melihat suatu kegagalan sebagai kegagalan yang absolut, kegagalan
yang akhir dari segalanya.
Pola manajemen pemerintahan yang bersifat komunis pun ternyata
merupakan hasil dari kerja otak kiri. Paham ini mengkehendaki sebuah
keteraturan yang absolut dan rakyatnya harus memiliki pola pikiran yang
seragam dan mekanis. Dan dengan pola pikir rakyat yang demikian maka
mereka akan mudah diorganisir dengan cara cara totaliter dan otoriter.
Dalam politik yang penguasanya memiliki pola pikir otak kiri, mereka
tahan dalam menghadapi provokasi kreativitas orang orang yang
dipimpinnya karena orang jenis ini sulit bereaksi meskipun mengalami
tekanan didalam segala bidang. Ini karena cara berpikir mereka cenderung
SEQUENTIAL dan DETAIL. Sedangkan untuk memberontak dan berani
mengemukakan pendapat, diperlukan cara berfikir yang lain yang lebih
SIMBOLIS dan DIVERGEN.
Masih dalam kungkungan pola pikir otak kiri, mahasiswa saat ini jika
ditanya, “apa tujuan kalian setelah kuliah?” pastinya atau sebagian
besarnya akan menjawab, “ya kerja dong..” “Kerja apa dan dimana?” “Apa
saja, kalau bisa yang sesuai dengan bidang saya. kalau nggak dapat
pekerjaan yang lain juga tidak masalah. Yang penting kerja dan dapat
gaji..”.. [Untuk teman2 mahasiswa, saya cuma nyalin.. peace.. ^^v]
Jarang sekali kita dapatkan jawaban dari teman teman mahasiswa bahwa
setelah kuliah mereka akan membuat atau menciptakan sesuatu, yang
berhubungan dengan pendidikan formalnya misalnya. Misalnya, Sarjana
Ekonomi menjadi penemu suatu sistem manajemen terbaru. Atau mungkin
Sarjana Biologi menemukan Klasifikasi Hewan terbaru berdasarkan
Al-Qur’an untuk menggantikan klasifikasi Linnaeus yang secara terang
terangan berdasar pada teori evolusi – atheism – anti Sang Pencipta.
Pasti sudah pada ma’ruf, tentang kisah Bill Gates yang bahkan di droped out
dari kampusnya. Tapi jangan ditanya soal tekad dan daya imajinasi yang
tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft yang dibangun
dengan modal tekad yang kuat. Juga kisah Albert Einstein yang menemukan
teori relativitas karena kekuatan imajinasinya [Sumber].
Dan kisah hidup Steve Jobs, penemu Apple keturunan Suriah ini pun tak
kalah menarik karena ketika kuliah dia hanya betah di semester awal dan
lebih tertarik belajar hal hal mistis, kebudayaan timur, kaligrafi
hingga pergi ke India dalam rangka mencari pencerahan spiritual [Sumber].
Mungkin
kita pandai, mungkin kita sarjana, atau bahkan master. Namun sudah bisa
ditebak bahwa tidak akan banyak karya kreatif yang bisa ia lahirkan
karena berfikir terlalu vertikal dan monoton tadi. Kepandaian, sehebat
apapun itu, tanpa sisi kreatifitas, hanya akan menjadi mesin yang akan
dikendalikan oleh pihak lain. Bagi orang orang berpola pikir kognitif,
atau sebagian besar orang saat ini, orientasi kepada materi, mengukur
kebahagiaan, kenyamanan dengan fasilitas fasilitas duniawi, duit, harta,
kekayaan dan segala sesuatu yang kasat mata adalah sesuatu yang wajar.
Lebih ekstrim lagi, muncul manusia manusia ambisius, individualis, dan
tidak punya hati.. [ampunnn matre dan hedon sekali..]
Disarikan dari buku RIGHT BRAIN -AM Rukky Santoso. Penerbit :
Gramedia. Jakarta. 2006 dengan sedikit gubahan dan tambahan dari sumber2
lain.
Itulah kebanyakan orang saat ini. Contoh lain adalah kebanyakan orang
orang yang patuh mengikuti tradisi nenek moyang yang jika ditanya,
mereka akan menjawab,
‘Bahkan kami akan tetap mengikuti apa-apa yang kami dapati dari
nenek-nenek moyang kami’. Apakah mereka akan tetap mengikutinya apabila
ternyata nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tidak memahami apa
pun dan sama sekali tidak berada di jalan petunjuk?”. (QS. al-Baqarah : 171)
Begitu juga dalam beragama, jika kita tidak mengikuti apa yang
diikuti sebagian besar yang diikuti orang orang, maka hal itu tampak
salah, dan aneh. Padahal Allah berfirman :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi
ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka..” QS.al-An’am : 116
Tulisan diatas tidak bermaksud menyudutkan/menjelek jelekkan orang
orang yang memiliki pola pikir dominan otak kiri tapi hanya memberikan
gambaran umum hasil dari orang orang left-brained tersebut.
Sebagai manusia yang sempurna dan lebih baik dari hewan, kita memang
perlu untuk berfikir dengan otak kiri. Tanpa otak kiri, (secara
ekstrimnya nih ya) akan muncul masyarakat yang tidak patuh aturan,
memberontak, berbuat semaunya, tidak mampu berbahasa verbal dengan baik,
tidak mampu menggunakan alat alat dan tekhnologi, primitif, tidak punya
malu, dan lain sebagainya. Seperti hewan ya? Iya karena ternyata hewan
hampir 100% right-brained.
Sisi Spiritualitas dan Otak Kanan
Diantara cara untuk mengetahui apakah dalam kehidupan sehari hari
otak kanan dan otak kiri kita berimbang atau tidak adalah menjawab
dengan jujur, apakah selama ini kita hanya mengetahui hal hal yang KASAT
MATA, yang menurut anda MASUK AKAL dan bisa dihitung secara MATEMATIS?
apakah kita menganggap cara berfikir seperti ini adalah yang paling
benar dan baik? Apakah kita termasuk diantara orang yang perlu bukti
MATERI terhadap suatu pernyataan apapun sifatnya dan bentuknya? Jika
seluruh jawabannya adalah YA maka kita termasuk orang yang berpikir
dominan dengan otak kiri. Pola ini sedikit banyak merugikan karena tidak
berimbang. Salah satunya adalah bagaimana kita bisa memahami dan
mempercayai Allah dengan pola otak kiri yang RASIONAL dan MATEMATIS itu,
padahal kita mengaku sebagai orang yang beragama?
Diantara Bentuk Berpikir dengan Otak Kanan = Belajar Mengambil Hikmah
Diantara cara menggunakan otak kanan adalah berfikir dalam pola pikir
yang tidak biasa, memakai sudut pandang yang berbeda, subjektif dan
horizontal/lateral. Dengan kata lain, coba berfikir positif, mencari
cari kebaikan dan hikmah dalam suatu perkara. Contohnya, adalah
kegagalan. Bagi orang yang terpola dominan otak kiri, kegagalan adalah
RUGI BESAR, MUSIBAH, dan sebagainya. Makin rasional orang tersebut,
makin berat terasa kerugian tersebut. Contoh kasus seperti ini (masih
dari buku yang sama):
Dalam suatu penjarahan atau kerusuhan, bagi orang orang left-brained
maka hal ini sungguh kerugian yang besar. Tapi kalau dilihat dari sisi
lain, mungkin sebenarnya banyak barang barang yang kadaluarsa atau tak
lagi layak pakai. Atau mungkin sebelumnya pemilik toko adalah seorang
yang sombong, dan setelah tertimpa musibah dia tidak lagi menjadi orang
yang sombong,
Atau contoh lain adalah kisah nyata seorang anak yang tertimpa penyakit kusta lalu dia buta seumur hidupnya. Bagi orang orang left brained
ini benar benar suatu kemalangan dan musibah besar karena dia tidak
seperti orang orang kebanyakan. Tapi coba pikir dari sisi lain, dengan
mata yang buta, dia tidak sempat melakukan maksiat (kontribusi maksiat
yang melalui mata sangat mengerikan). Dan Allah mudahkan dia menghafal
AlQuran, Hadits, Kutubu Sittah, Kutubu Tis’ah, hingga akhirnya dia
menjadi seorang ulama besar dengan matanya yang buta. Kisah lengkapnya
bisa dibaca disini.
Atau juga misalnya ada seseorang yang belum juga menikah seperti
kebanyakan orang diumurnya. Dalam pandangan kebanyakan orang, sungguh
kasihan sekali orang ini, dia tak seperti teman temannya yang lain. Tapi
lihat dari sisi lain, banyak sekali kebaikan dibalik itu. Sembari tetap
berikhtiar dia masih punya sangat banyak waktu luang untuk memperbaiki
diri dan menuntut ilmu, dia masih diberi kesempatan untuk setiap hari
setiap saat bertemu dan berkumpul dengan orang tuanya, dia masih bisa
banyak melakukan hal untuk orang lain, dan mungkin dia bisa menabung
untuk masa depannya agar dia secara finansial jauh lebih siap lagi.
Kegagalan dan musibah, secara rasional dan logis adalah suatu hal
yang menyedihkan. Tapi coba sekali lagi dilihat dari sisi lainnya. Bagi
orang orang beriman, kegagalan dan musibah berarti,
“..Akan ada ganti yang lebih baik..”[1]
“..Penghapus Dosa..” [2]
“..Akan segera datang jalan keluar..!!” [3]
“.. Sebenarnya semua taqdir Allah itu baik. Adapun yang buruk itu terletak pada dzat (bentuk takdirnya)..”
Rasionalisasi Agama?
Well, nyambungnya jadi kemana mana. Ada sebagian orang
muslim yang sangat rasional. Mereka tampak intelek, logis, rasional,
cerdas dan seterusnya. Saking rasional mereka mengatakan, “Islam itu
Logis dan Rasional.. Masuk akal..” Maka ada diantara mereka ada yang
shalat untuk melancarkan peredaran darah, puasa dalam rangka
detoksifikasi racun di tubuh, shalat malam untuk mengatasi pegal pegal
pada sendi, berwudhu untuk kesegaran dan mencerahkan kulit.. Ada juga
sekelompok golongan yang menetapkan sifat sifat Allah hanya yang bisa
mereka terima secara akal mereka saja. Selain daripada itu, mereka tidak
mau mengakuinya.
BENAR memang, Islam itu pasti sejalan dengan akal manusia. Tapi tidak
semua syariat dan ilmu ilmu Allah itu bisa dijelaskan dengan akal
karena akal ini amat sangat terbatas kemampuannya. Padahal, diantara
tanda orang orang yang bertaqwa itu
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..” Qs Al Baqarah [2] : 3
atau,
“Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagiannya?” (Al-Baqarah: 85)
atau mereka baru akan beriman pada hari akhir kalau mereka benar
benar melihat matahari itu benar benar terbit dari barat?? Sungguh
terlambat karena Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت،
فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت
من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya” (HR. Bukhari 11/352 dan Muslim 2/194)
Penutup
Agama ini bukan sepenuhnya memerintahkan untuk menggunakan otak kanan saja, atau otak kiri saja. Kita diperintahkan untuk patuh kepada Allah, dan Rasul, sami’na wa atho’na, lalu perintah untuk mempelajari bahasa arab, membaca AlQur’an dengan makhroj yang benar, memiliki rasa malu, itu merupakan kerjaan otak kiri. Namun kita juga diperintahkan untuk banyak banyak berfikir mentadabburi alam semesta, hikmah dibalik musibah, hikmah dibalik penciptaan, beriman kepada yang ghaib, itsar, empati kepada orang lain, bersegera melakukan kebaikan, mencintai lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi, dan lainnya ini merupakan kerja otak kanan. Bahkan dalam praktik yang menyimpang pun, masing masing otak punya peran. Taqlid buta, banyak bicara dan banyak bersumpah ini kerjaan otak kiri. Atau kreatif berbuat bid’ah, atau menafsirkan dalil dengan tafsiran sendiri ini pun hasil kerja otak kanan. Menarik sekali ya. Jika ada kesempatan in syaa Allah berikutnya adalah tentang lebih jauh mengetahui potensi otak kiri dan otak kanan. In syaa Allah. Semoga Allah memudahkan
Semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat.
As alullohal ikhlaas..
Related post :
Mengenal Potensi Otak Kanan, Otak Kiri dan Otak Kecil
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya” (HR. Bukhari 11/352 dan Muslim 2/194)
Penutup
Agama ini bukan sepenuhnya memerintahkan untuk menggunakan otak kanan saja, atau otak kiri saja. Kita diperintahkan untuk patuh kepada Allah, dan Rasul, sami’na wa atho’na, lalu perintah untuk mempelajari bahasa arab, membaca AlQur’an dengan makhroj yang benar, memiliki rasa malu, itu merupakan kerjaan otak kiri. Namun kita juga diperintahkan untuk banyak banyak berfikir mentadabburi alam semesta, hikmah dibalik musibah, hikmah dibalik penciptaan, beriman kepada yang ghaib, itsar, empati kepada orang lain, bersegera melakukan kebaikan, mencintai lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi, dan lainnya ini merupakan kerja otak kanan. Bahkan dalam praktik yang menyimpang pun, masing masing otak punya peran. Taqlid buta, banyak bicara dan banyak bersumpah ini kerjaan otak kiri. Atau kreatif berbuat bid’ah, atau menafsirkan dalil dengan tafsiran sendiri ini pun hasil kerja otak kanan. Menarik sekali ya. Jika ada kesempatan in syaa Allah berikutnya adalah tentang lebih jauh mengetahui potensi otak kiri dan otak kanan. In syaa Allah. Semoga Allah memudahkan
Semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat.
As alullohal ikhlaas..
Related post :
Mengenal Potensi Otak Kanan, Otak Kiri dan Otak Kecil
—————————————————————————————————–
[1] Dari Ummu Salamah radhiallahu anha dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, “INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI’UUN. ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya),” melainkan Allah akan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim no. 918)
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, “INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI’UUN. ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya),” melainkan Allah akan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim no. 918)
[2] ”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus
menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai
kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)
[3] “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624). (Syarh Arba’in Ibnu ‘Utsaimin, hal. 200)
Sumber : irilaslogo.wordpress.com
20.16
Karimun 08 Makassar
Posted in


0 komentar :
Posting Komentar