(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah)
Peperangan demi peperangan yang dikobarkan musuh-musuh Islam, dari zaman Rasulullah n, perang salib, Bosnia-Herzegovina, hingga yang berskala besar maupun kecil, terbukti menjadi senjata yang “kurang efektif” untuk membasmi umat Islam. Maka ditempuhlah berbagai cara untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya. Salah satunya lewat musik.
Perangkap-perangkap setan untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah l kian menjamur. Perangkap yang demikian lihai dan sistematis sehingga tidak sedikit dari kaum muslimin, terkhusus generasi mudanya, terperangkap di dalamnya. Seiring dengan itu, kelihaiannya telah meninabobokkan mereka dalam kemaksiatan, merusak akal mereka sehingga tidak bisa lagi dipergunakan sebagaimana mestinya, membungkam mulut mereka sehingga tidak lagi menyuarakan yang haq dan mengingkari yang batil. Perangkap yang telah mematikan ilmu mereka dan merusak perilaku mereka.
Siapa yang tidak tertipu dengan perangkap tersebut, jika luarnya penuh taburan bau semerbak, hamparan permadani emas dan perak, minuman yang menghilangkan dahaga, makanan yang berwarna-warni memikat dan segala kebutuhan syahwat terlihat. Siapa yang akan membayangkan jika di belakang semua ini ada jeratan perangkap yang membinasakan. Itulah kamuflase kehidupan yang dirancang Iblis dan bala tentaranya serta fatamorgana perjalanan hidup yang bersifat sementara. Allah l telah memperingatkan:
Peperangan demi peperangan yang dikobarkan musuh-musuh Islam, dari zaman Rasulullah n, perang salib, Bosnia-Herzegovina, hingga yang berskala besar maupun kecil, terbukti menjadi senjata yang “kurang efektif” untuk membasmi umat Islam. Maka ditempuhlah berbagai cara untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya. Salah satunya lewat musik.
Perangkap-perangkap setan untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah l kian menjamur. Perangkap yang demikian lihai dan sistematis sehingga tidak sedikit dari kaum muslimin, terkhusus generasi mudanya, terperangkap di dalamnya. Seiring dengan itu, kelihaiannya telah meninabobokkan mereka dalam kemaksiatan, merusak akal mereka sehingga tidak bisa lagi dipergunakan sebagaimana mestinya, membungkam mulut mereka sehingga tidak lagi menyuarakan yang haq dan mengingkari yang batil. Perangkap yang telah mematikan ilmu mereka dan merusak perilaku mereka.
Siapa yang tidak tertipu dengan perangkap tersebut, jika luarnya penuh taburan bau semerbak, hamparan permadani emas dan perak, minuman yang menghilangkan dahaga, makanan yang berwarna-warni memikat dan segala kebutuhan syahwat terlihat. Siapa yang akan membayangkan jika di belakang semua ini ada jeratan perangkap yang membinasakan. Itulah kamuflase kehidupan yang dirancang Iblis dan bala tentaranya serta fatamorgana perjalanan hidup yang bersifat sementara. Allah l telah memperingatkan:
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya
setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 168-169)
Perangkap Syahwat
Dari sekian perangkap Iblis yang telah melalaikan dari beribadah
kepada Allah l yang telah menghancurkan perilaku kaum muda-mudi, bahkan
anak-anak dan orang tua, menyebabkan lupa kepada Allah l dan hari akhir,
adalah musik serta segala bentuk nyanyian. Bagaimana pendapat anda yang
beriman, jika musik dan nyanyian itu sendiri telah melalaikan dari
beribadah kepada Allah l, ditambah dengan wanita telanjang atau setengah
telanjang, berhias dengan perhiasan jahiliah menari kesetanan di hadapanmu?
Apakah setelah ini ada orang beriman yang menghalalkan musik dan
nyanyian, membolehkan wanita berdendang di hadapan lawan jenis,
menghalalkan campur baur lawan jenis, membolehkan mendengar musik? Jika
ada yang membolehkan, maka ketahuilah orang terebut telah masuk
perangkap setan dan jeratannya. Tinggalkanlah dia. Selamatkanlah agama
dan aqidahmu dari bahaya setan yang berujud manusia.
Perangkap Syubhat
Perangkap setan tidak terbatas pada lingkup membangkitkan syahwat
birahi dalam menentang syariat Allah l. Banyak perangkap lain yang telah
dipersiapkan untuk menyesatkan hamba-hamba Allah l dari jalan
kebenaran. Bila perangkap syahwat menurutnya tidak membuahkan hasil
karena orang yang akan dijebaknya memiliki ilmu, dia akan beralih kepada
cara yang lain. Yaitu, merusak ilmunya dengan berbagai manuver
pembiasan dan pengkaburan terhadap kebenaran yang telah diketahuinya.
Itulah perangkap syubhat. Selamatlah orang-orang yang dirahmati oleh
Allah l sehingga tidak terperangkap dan terjerat di dalamnya.
Dua bentuk perangkap syubhat yang dilakoni setan dalam menjerat mangsanya:
Pertama: Mengaburkan kebenaran sehingga menjadi sesuatu yang samar atau menjadi sebuah kebatilan, dan
Kedua: Mengokohkan kebatilan dengan berbagai penipuan sehingga menjadi agama yang dianut.
Dua hal ini telah Allah l peringatkan kaum mukminin darinya. Allah k juga mengancam para pelakunya dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui.”
(Al-Baqarah: 42)
Berbagai simbol dan slogan kesesatan yang mengguncangkan aqidah dan
meresahkan kaum muslimin kian menyeruak. Tumbuh berkembang bagaikan
jamur di musim penghujan, tumbang satu akan bangkit seribu kesesatan
setelahnya.
Bisikan Setan
“Tinggalkan Al-Qur`an. Mari menuju musik dan nyanyian, menari,
berdansa dan berhura-hura. Riang gembira bersama lantunan musik dan
nyanyian biduanita. Menangislah. Bersedihlah. Basahi mulut dengan
nyanyian, guyur pipi dengan hujan tangisan. Apakah anda akan
meninggalkan kenikmatan yang jelas-jelas di hadapan anda?”
Dengan celotehan ini, tanpa musik semangat beraktivitas menurun dan
melemah. Sementara dengan musik justru akan menambah gairah dan
semangat dalam semua pekerjaan.
Al-Hafizh Ibnu Katsir t menjelaskan: “Allah l memberitahukan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad n bahwa dia berkata:
“Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur`an itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)
Ucapan ini terkait dengan kaum musyrikin yang tidak mau mendengar Al-Qur`an dan mengkajinya, sebagaimana firman Allah l:
“Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar
dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur`an ini dan buatlah hiruk-pikuk
terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka’.” (Fushshilat: 26)
Apabila Al-Qur`an dibacakan atas orang-orang kafir, mereka ribut
dan berbincang-bincang sehingga mereka tidak mendengarnya. Sikap seperti
ini termasuk perbuatan meninggalkan Al-Qur`an. Tidak mengimani dan
membenarkannya termasuk perbuatan meninggalkan Al-Qur`an. Tidak menggali
dan memahaminya termasuk perbuatan meninggalkannya. Tidak mengamalkan
dan melaksanakan perintah-perintahnya dan tidak menjauhi
larangan-larangannya termasuk perbuatan meninggalkannya. Berpaling
darinya dan cenderung kepada perkara selainnya seperti syair, ucapan,
nyanyian, perkara yang sia-sia, berbagai perkataan, (menempuh) jalan
yang tidak diambil dari Al-Qur`an, semuanya termasuk sikap meninggalkan
Al-Qur`an. Kita meminta kepada Allah yang Maha Mulia, Maha Pemberi dan
Berkuasa (untuk berbuat) atas segala yang dikehendaki-Nya agar Allah l
menyelamatkan kita dari segala yang dibenci-Nya dan membimbing kita ke
jalan yang diridhai-Nya. Yaitu menjaga kitab-Nya, memahaminya dan
mengamalkan kandungannya di malam dan siang hari, sesuai dengan jalan
yang dicintai dan diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan dan Maha
Pemberi. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/317)
Al-Qur`an dan Aqidah, Menenteramkan Hati
Tidak diragukan lagi oleh setiap mukmin akan kedudukan aqidah dan
Al-Qur`an dalam hati orang-orang yang beriman. Al-Qur`an menentramkan,
menyejukkan, menyamankan, menyehatkan, membimbing serta berbagai macam
kebaikan lainnya. Allah l berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya). Dan hanya kepada
Rabb merekalah mereka bertawakal.” (Al-Anfal: 2)
“Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang
mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
(Al-Isra`: 9)
“Dan kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur`an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (Al-Isra`: 82)
“Dan sesungguhnya Al-Qur`an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (An-Naml: 77)
Ibnul Qayyim t berkata: “Apabila anda ingin mengambil manfaat dari
Al-Qur`an, himpunlah hati anda ketika membaca dan mendengarkannya.
Pasang telinga anda. Hadirkan diri anda seperti hadirnya orang yang
diajak bicara oleh Allah l. Sesungguhnya ucapan itu tertuju kepada anda,
yang disampaikan melalui lisan Rasul-Nya. Allah l berfirman:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qaf: 37)
Kesempurnaan pengaruh Al-Qur`an itu didukung adanya pengaruh yang
menyampaikan, kesiapan untuk menerima, adanya syarat-syarat terwujudnya
pengaruh tersebut, dan hilangnya penghalang-penghalang. (Al-Fawa`id,
hal. 9)
Asy-Syaikh As-Sa’di t menjelaskan: “Orang-orang yang beriman adalah
orang-orang yang bila dibacakan ayat Allah bertambah iman mereka.”
Karena mereka memasang pendengaran mereka, menghadirkan hati mereka
untuk mentadabburinya. Ketika itulah iman mereka bertambah. Karena
mentadabburinya termasuk salah satu amalan hati. Juga karena tadabbur
mengharuskan untuk meminta penjelasan atas makna yang tidak mereka
ketahui. Atau, mengingat-ingat apa yang mereka lupa. Atau, terwujud
dalam hati mereka kecintaan terhadap kebaikan dan besarnya harapan untuk
mendapatkan kemuliaan dari Rabb mereka. Atau, muncul rasa takut dari
murka-Nya. Atau, muncul sikap menghindar dari berbagai macam
kemaksiatan. Semuanya ini adalah hal-hal yang akan menambah iman mereka.
(Tafsir As-Sa’di, hal. 277)
Musik dan Nyanyian Menafikan Ketentraman dan Ketenangan yang Hakiki dalam Hati
Musik dan nyanyian di masa sekarang ini bagaikan benalu, atau
menjadi sahabat karib yang jika berpisah akan mengguncangkan hidup
seseorang. Di dalam rumah dengan segala macam aktivitasnya, bila tidak
diiringi dengan musik dan berbagai bentuk nyanyian, tak ubahnya ruangan
yang hampa bak kuburan yang sunyi dan sepi. Kantor-kantor, toko-toko,
kendaraan-kendaraan umum dan pribadi, lapak kaki lima pun tidak
ketinggalan. Ironisnya, pondok-pondok pesantren yang katanya tempat
menimba ilmu-ilmu agama juga menjadi ajang suara setan tersebut. Lebih
aneh lagi, rumah-rumah Allah l diramaikan dengan keharaman ini.
Demikianlah bila agama disingkirkan serta kepentingan hawa nafsu
dan golongan dikedepankan. Ketenangan bukan lagi bersama Al-Qur`an.
Kenyamanan bukan lagi dengan aqidah dan kekhusyukan, bukan lagi di
majelis ilmu.
Musik dan Nyanyian Haram Hukumnya
Dalil-dalil yang menjelaskan tentang keharaman musik banyak sekali.
Bahkan Ibnul Qayyim t dan lainnya telah mengumpulkannya sampai sepuluh
hadits. Di antaranya:
1. Hadits Abu ‘Amir atau Abu Malik Al-Asy’ari z:
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْمَعَازِفَ … الخ
“Benar-benar akan ada pada umatku kaum yang menghalalkan zina, sutera, dan musik ….” dst1
2. Hadits Anas bin Malik z, dia berkata: Rasulullah n bersabda:
صَوْتَانِ مَلْعُونَانِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ: مِزْمَارٌ عِنْدَ نِعْمَةٍ وَرَنَّةٌ عِنْدَ مُصِيبَةٍ
“Dua suara yang dilaknat di dunia dan di akhirat: seruling ketika
mendapatkan kenikmatan dan ratapan (suara jeritan) ketika ditimpa musibah.”2
3. Dari Abdullah bin ‘Abbas c, dia berkata: Rasulullah n bersabda:
إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيَّ -أَوْ حُرِّمَ الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْكُوبَةُ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan khamr, judi, dan suara gendang. Dan segala yang memabukkan adalah haram.”3
Musik dan Nyanyian adalah “Qur`an“ Setan dan Jeratannya
Ibnul Qayyim t menjelaskan: “Termasuk tipu daya musuh Allah l yang
telah menipu orang-orang yang memiliki sedikit ilmu dan agama, serta
dengannya dia menjerat hati-hati orang yang jahil dan ahli kebatilan
adalah mendengar siulan, tepuk tangan dan nyanyian-nyanyian dengan
alat-alat yang haram. Yang telah memalingkan hati dari Al-Qur`an dan
menjadikannya untuk selalu berbuat kefasikan dan perbuatan-perbuatan
maksiat. Semuanya merupakan “qur`an” setan dan hijab yang tebal antara
dirinya dengan Allah l. Itu merupakan siulan homoseks dan para pezina.
Dengannya seorang yang fasik mencapai kenikmatan. Itulah tipu daya setan
terhadap jiwa-jiwa yang sesat.
Setan berusaha memperindah tipu daya tersebut dan menjadikan
manusia terlena karenanya. Dengan mudah, setan menebar berbagai macam
syubhat yang menyesatkan sehingga jiwa-jiwa tersebut menyambut segala
bisikan itu. Dengan tipu daya setan itulah Al-Qur`an ditinggalkan.
(Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatil Lahafan fi Mashayidi
Asy-Syaithan, hal. 295)
Allah l berfirman:
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan
memperoleh adzab yang menghinakan.” (Luqman: 6)
Lahwal hadits yang dimaksud dalam ayat ini adalah nyanyian dan selainnya.
Abdullah bin ‘Abbas c mengatakan: “Ayat ini turun terkait dengan nyanyian dan semisalnya.”
Abdullah bin Mas’ud z ditanya tentang ayat ini, beliau berkata:
“Itu adalah nyanyian, demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar
selain-Nya.” Beliau mengulanginya tiga kali.
Ikrimah t dalam riwayat Syu’aib bin Yasar berkata: “Itu adalah
nyanyian. Begitu juga pendapat Al-Imam Mujahid t.” (Tahrim Alat
Ath-Tharb, karya Al-Imam Al-Albani, hal. 142)
Musik dan Nyanyian adalah Syi’ar Pezina, Pemabuk, Homoseks dan Orang Fasik
Al-Imam Malik t ditanya tentang nyanyian yang biasa dilakukan oleh
penduduk Madinah. Beliau menjawab: “Sesungguhnya yang melakukan hal itu
menurut kami adalah orang-orang fasik.”
Al-Imam Asy-Syafi’i t berkata: “Nyanyian adalah perkataan yang
sia-sia, menyerupai kebatilan, sesuatu yang bersifat khayalan.
Barangsiapa yang sering melakukannya, dia adalah orang yang tolol dan
ditolak persaksiannya.”
Al-Imam An-Nawawi t menyatakan di dalam kitabnya Raudhatut Thalibin
(11/228) pada bagian kedua: “Dan dia menyanyi dengan sebagian alat
musik yang merupakan syi’ar para peminum khamr.”
Abu Ishaq t berkata: “Tidak sepantasnya bagi orang yang mencium
aroma ilmu untuk tidak mengharamkan musik. Yang paling ringan (hukumnya)
adalah bahwa (musik) merupakan syi’ar orang-orang fasik dan pemabuk.”
Abdullah bin Ahmad t berkata: “Aku bertanya kepada ayahku (Al-Imam
Ahmad t) tentang nyanyian. Beliau berkata: ‘Nyanyian menumbuhkan
kemunafikan di dalam hati dan tidak menyenangkanku’.” (Tahrim Alat
Ath-Tharb karya Al-Imam Al-Albani t secara ringkas, hal. 299 dan
seterusnya)
Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat takhrij haditsnya
dalam kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Al-Imam Al-Albani, hal. 38 dan
seterusnya.
2 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat takhrij haditsnya
dalam kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Al-Imam Albani, hal. 51 dan
seterusnya.
3 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat takhrij haditsnya
dalam kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Al-Imam Al-Albani, hal. 55 dan
seterusnya.
Sumber : asysyariah.com